WELCOME IN MY ADVENTURE

WELCOME IN MY BLOG

Judul

Jumat, 17 Mei 2013

Objek wisata KALTIM yang Paling Populer

    Kalimantan Timur adalah salah satu provinsi dengan ibukotanya  Samarida , dan mempunyai banyak sekali obyek wisata antara lain Wisata Alam, Wisata Sejarah, Wisata Budaya, Wisata Minat Khusus, Wisata Kuliner, Wisata Olah Raga, Wisata Belanja , dari sekian banyak Obyek wisata Kalimantan Timur  yang sangat terkenal yaitu Bukit Bangkirai Kabupaten Kutai Kartanegara.

Selengkapnya lihat obyek wisata Kalimantan Timur lainnya :

Bukit Bangkirai

Bukit Bangkirai adalah kawasan wisata alam . Bukit Bangkirai ini terletak di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
     Bukit Bangkirai dapat ditempuh melalui perjalanan darat selama 1,5 jam dari Kota Balikpapan atau berjarak sekitar 150 km dari kota Tenggarong atau Samarinda dan hanya sekitar 58 km dari arah kota Balikpapan serta 20 km dari ibukota Kecamatan Samboja.
Wisata ini menawarkan pesona hutan hujan tropis yang masih alami, yang dilengkatp dengan sarana dan prasarana wisata seperti restoran, lamin untuk pertemuan, kolam renang, serta cottage maupun jungle cabin.
Dapat menikmati suasana hutan hujan tropis yang masih alami dan bahkan kicauan burung dan suara-suara satwa hutan lainnya pun masih dapat didengarkan.
bangkirai1 kutakartanegaracomDi kawasan ini terdapat canopy bridge (jembatan tajuk) sepanjang 64 m yang digantung menghubungkan 5 pohon Bangkirai di ketinggian 30 m. Jembatan tajuk ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia dan yang kedelapan di dunia. Konstruksinya dibuat di Amerika Serikat.
Meniti canopy bridge atau jembatan tajuk yang digantung menghubungkan 5 pohon Bangkirai.menyusuri jembatan gantung di ketinggian 30 meter dari muka tanah diiring desiran angin yang sejuk seirama  jembatan yangberayun-ayun . sambil melihat panorama hutan hujan tropis (tropical rain forest) Bukit Bangkirai serta mengamati dari dekat formasi tajuk tegakan “Dipteropcarpaceae” yang menjadi ciri khas hutan hujan tropis, yang membentuk stratum atas yang saling sambung menyambung.  terdapat dua menara dari kayu ulin yang didirikan mengelilingi batang pohon Bangkirai.
Resize of hutan kalimantanKawasan disebut  Bukit Bangkirai karena Hutan ini didominasi oleh pohon jenis Bangkirai yang tumbuh di kawasan hutan lindung ini. (Maskot utama obyek wisata yang telah mendunia ini). ada pohon yang berusia lebih dari 150 tahun dengan ketinggian mencapai 40 hingga 50 m, dengan diameter 2,3 m. Pertumbuhan banir (akar papan) yang besar dan kuat menjadikan pohon ini memiliki nilai keindahan tersendiri.
     Kawasan Bukit Bangkirai termasuk dataran rendah (primary lowland) “Dipterocarp forest” yang stabil, sehingga menjadikan tempat invasi burung dari wilayah Kawasan Hutan Taman Wisata Bukit Soeharto (sekitar 30 km) maupun wilayah sekitarnya , ditemukan dan tercatat terdapat 113 jenis burung yang hidup di kawasan Bukit Bangkirai ini.
Jenis-jenis fauna adalah Owa-Owa (Hylobates muelleri), Beruk (Macaca nemestrina), Lutung Merah (Presbytus rubicunda), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Babi Hutan (Susvittatus), Bajing Terbang (Squiler) serta Rusa Sambar (Corvus unicolor) yang telah ditangkarkan
      Kawasan Bukit Bangkirai juga kaya akan anggrek alam minimal ada 45 jenis anggrek yang tumbuh secara alami di pepohonan yang masih hidup maupun yang sudah mati. diantaranya  Anggrek Hitam (Coelegyne pandurata) yang sangat terkenal . Selain pembudidayaan anggrek-anggrek alam, juga dilakukan pengembangan anggrek silangan seperti Anggrek Kala, Anggrek Apple Blossom dan Anggrek Vanda. Selain kebun anggrek, kawasan wisata alam ini juga dijumpai kebun buah-buahan.
Kawasan Bukit Bangkirai yang luasnya mencapai 1.500 hektare ini merupakan kawasan hutan konservasi yang mempunyai peran penting untuk mengembangkan monumen hutan alam tropika basah yang dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan lingkungan dan kehutanan. disamping pengembangkan potensi wisata alam dan penelitian ilmiah serta meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap lingkungan dan hutan terutama pada flora dan fauna




Hutan Lindung Sungai Wain

Hutan Lindung Sungai Wain, kawasan wisata alam ini meliputi wisata agro , mengamati beruang madu

Hutan Lindung Sungai Wain eharmayakublogspotcomMerupakan sisa hutan primer dataran rendah Kalimantan dan mungkin yang terakhir di Balikpapan. Agrowisata ini terletak di Jl Soekarno-Hatta Km 23.
Di huni dengan keanekaragaman hayati yang masih lengkap. Di hutan ini masih dapat ditemukan populasi beruang madu dengan jumlah terbatas (Beruang Madu adalah maskot Kota Balikpapan sejak 2004) , yang dapat dilihat pada siang hari, kalau lagi tidak tidur siang. Helarctos malayanus (beruang matahari dari Malaya atau Sun Bear).
Merupakan beruang terkecil dari jenis beruang lainnya, memiliki lidah dan kuku depan yang terpanjang digunakan untuk mencari makanan berbagai jenis serangga seperti rayap dan ulat kumbang yang hidup di dalam kayu lapuk. juga doyan makan madu




Jembatan Kutai Karta Negara

Jembatan Kutai Karta Negara
     Jembatan Kutai Karta Negara salah satu obyek wisata kota di Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dapat ditempuh melalui Kota Balikpapan ataupun Ibukota Propinsi Samarinda. Dari Samarinda lama tempuh ± 30 Menit, sedangkan dari Balikppan ditempuh dengan ± 2 jam.
jembatan kutai kartanegara bpmdkukargoidDi Kota Tenggarong sebagai Ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara, terdapat banyak pilihan objek wisata yang dapat dinikmati ataupun dikunjungi oleh wisatawan, diantaranya yaitu Jembatan Kutai Kartanegara, Jembatan ini merupakn sarana penghubung antara Tenggarong Seberang dengan Kota Tenggarong. Panjang jembatan adalah 580 Meter. Dibangun menyerupai Jembatan Golden Gate yang terdapat di San Fransisco.Jembatan ini juga merupakan akses menuju Kota Samarinda ataupun sebaliknya yang dapat ditempuh hanya sekitar 30 menit. Setiap kendaraan beroda 4 (empat) yang lewat dikenakan retribusi sebesar Rp. 1.000,-. Melewati Jembatan Kutai Kartanegara ada pemandangan menarik yang dapat disaksikan, yaitu hamparan sebuah pulau kecil yang memisahkan Kota Tenggarong dan Kecamatan Tenggarong Seberang, yaitu Pulau Kumala, sebuagh pulau yang telah disulap menjadi Kawasan Wisata Rekreasi yang banyak diminati oleh wisatawan Nusantara karena merupakan kawasan rekreasi keluarga yang hampir mirip dengan Taman Mini Jaya Ancol di Jakarta.      Di kawasan Jembatan Kutai Kartanegara juga terdapat Jam Bentong yang merupakan sebuah Tugu yang terdapat taman-taman yang terlihat asri dan indah jika dilihat dari atas jembatan. Di dekat jembatan dinagun sarana olahraga panjat dinding sebanyak 2 buah. Kawasan ii setiap sorenya selalu dipenuhi oleh pengunjung yang dapat menikmati keindahan Jembatan Kutai Kartanegara serta memandang Pulau Kumala dari kejauhan




Kebun Raya Samarinda

     Kebun Raya Samarinda , yang terletak di sebelah Utara kota Samarinda , berjarak 20 km atau 30 menit perjalan darat dari pusat Kota Samarinda. Di tempat ini terdapat atraksi Danau alam, kebun binatang , panggung hiburan, fasilitas olah raga dan perahu wisata.
kebunraya samarinda disbudparKebun Raya Samarinda memiliki alam yang sangat potensial . Salah satu keistimewaannya  yaitu yang mempunyai minat khusus,  kebun binatang yang luas dan menjadi lebih hidup dengan adanya beberapa ekor orang utan yang dilepas. Para pengunjung Kebun Raya Samarinda dapat berinteraksi langsung dengan hewan-hewan ramah tersebut. Bahkan sebagian diantaranya berukuran hampir sebesar manusia dewasa. Hal ini menjadi salah satu daya tarik yang besar bagi para pengunjung khususnya anak-anak dan pengunjung dari luar wilayah Kalimanan Timur.



Kedaton Kutai Kartanegara

    Kedaton Kutai Kartanegara adalah istana milik Sultan Kutai Kartanegara yang terletak di pusat kota Tenggarong, Kalimantan Timur, Indonesia. Istana ini selesai dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2002 setelah dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
Meski telah resmi menjadi milik Sultan Kutai Kartanegara, istana baru ini lebih difungsikan sebagai kantor lembaga kesultanan serta sebagai tempatpelaksanaan acara seremonial oleh Sultan atau Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura
Kesultanan Kutai atau lebih lengkap disebut Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura (Martapura) merupakan kesultanan bercorak Islam yang kembali eksis di Kalimantan Timur setelah dihidupkan lagi pada tahun 2001 oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan adat Kutai Keraton.
Dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai ditandai dengan dinobatkannya sang pewaris tahta yakni putera mahkota H. Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura dengan gelar H. Adji Mohamad Salehoeddin II pada tanggal 22 September 2001 
Sejarah
Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri pada awal abad ke-13 di daerah yang bernama Tepian Batu atau Kutai Lama (kini menjadi sebuah desa di wilayah Kecamatan Anggana) dengan rajanya yang pertama yakni Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Kerajaan ini disebut dengan nama Kerajaan Tanjung Kute dalam Negara Kretagama, yaitu salah satu daerah taklukan di Pulau Tanjungnegara oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit.
     Pada abad ke-16, Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah pimpinan raja Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai (atau disebut pula: Kerajaan Kutai Martadipura atau Kerajaan Kutai Martapura atau Kerajaan Mulawarman) yang terletak di Muara Kaman.
Raja Kutai Kartanegara pun kemudian menamakan kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura sebagai peleburan antara dua kerajaan tersebut.
Pada abad ke-17, agama Islam yang disebarkan Tuan Tunggang Parangan diterima dengan baik oleh Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu dipimpin Aji Raja Mahkota Mulia Alam. Setelah beberapa puluh tahun, sebutan Raja diganti dengan sebutan Sultan. Sultan Adji Mohamad Idris (1735-1778) merupakan sultan Kutai pertama yang menggunakan nama Islami. Dan sebutan kerajaan pun berganti menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
     Tahun 1732, ibukota Kerajaan Kutai Kartanegara pindah dari Kutai Lama ke Pemarangan.
Sultan Aji Muhammad Idris yang merupakan menantu dari Sultan Wajo Lamaddukelleng berangkat ke tanah Wajo, Sulawesi Selatan untuk turut bertempur melawan VOC bersama rakyat Bugis. Pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara untuk sementara dipegang oleh Dewan Perwalian.
Pada tahun 1739, Sultan A.M. Idris gugur di medan laga. Sepeninggal Sultan Idris, terjadilah perebutan tahta kerajaan oleh Aji Kado. Putera mahkota kerajaan Aji Imbut yang saat itu masih kecil kemudian dilarikan ke Wajo. Aji Kado kemudian meresmikan namanya sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan menggunakan gelar Sultan Aji Muhammad Aliyeddin.
Setelah dewasa, Aji Imbut sebagai putera mahkota yang syah dari Kesultanan Kutai Kartanegara kembali ke tanah Kutai. Oleh kalangan Bugis dan kerabat istana yang setia pada mendiang Sultan Idris, Aji Imbut dinobatkan sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin. Penobatan Sultan Muslihuddin ini dilaksanakan di Mangkujenang (Samarinda Seberang). Sejak itu dimulailah perlawanan terhadap Aji Kado.
     Perlawanan berlangsung dengan siasat embargo yang ketat oleh Mangkujenang terhadap Pemarangan. Armada bajak laut Sulu terlibat dalam perlawanan ini dengan melakukan penyerangan dan pembajakan terhadap Pemarangan. Tahun 1778, Aji Kado meminta bantuan VOC namun tidak dapat dipenuhi.
Pada tahun 1780, Aji Imbut berhasil merebut kembali ibukota Pemarangan dan secara resmi dinobatkan sebagai sultan dengan gelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin di istana Kesultanan Kutai Kartanegara. Aji Kado dihukum mati dan dimakamkan di Pulau Jembayan.
     Aji Imbut gelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin memindahkan ibukota Kesultanan Kutai Kartanegara ke Tepian Pandan pada tanggal 28 September 1782. Perpindahan ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh kenangan pahit masa pemerintahan Aji Kado dan Pemarangan dianggap telah kehilangan tuahnya. Nama Tepian Pandan kemudian diubah menjadi Tangga Arung yang berarti Rumah Raja, lama-kelamaan Tangga Arung lebih populer dengan sebutan Tenggarong dan tetap bertahan hingga kini.
Pada tahun 1636, Kutai diklaim oleh Kesultanan Banjar sebagai salah satu vazalnya. Pada 1765, VOC membantu Sultan Banjar Tamjidullah I untuk menaklukan Kutai kembali dalam Perjanjian 20 Oktober 1756.
Pada tahun 1817, Kutai diserahkan sebagai daerah pendudukan Hindia Belanda dalam Kontrak Persetujuan Karang Intan I pada 1 Januari 1817 antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen Aernout van Boekholzt.
Pada tahun 1823, Kutai menjadi daerah pendudukan Hindia Belanda dalam Kontrak Persetujuan Karang Intan II pada 13 September 1823 antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen Mr. Tobias.
Pada tahun 1838, Kesultanan Kutai Kartanegara dipimpin oleh Sultan Aji Muhammad Salehuddin setelah Aji Imbut mangkat pada tahun tersebut.
     Pada tahun 1844, 2 buah kapal dagang pimpinan James Erskine Murray asal Inggris memasuki perairan Tenggarong. Murray datang ke Kutai untuk berdagang dan meminta tanah untuk mendirikan pos dagang serta hak eksklusif untuk menjalankan kapal uap di perairan Mahakam. Namun Sultan A.M. Salehuddin mengizinkan Murray untuk berdagang hanya di wilayah Samarinda saja. Murray kurang puas dengan tawaran Sultan ini. Setelah beberapa hari di perairan Tenggarong, Murray melepaskan tembakan meriam kearah istana dan dibalas oleh pasukan kerajaan Kutai. Pertempuran pun tak dapat dihindari. Armada pimpinan Murray akhirnya kalah dan melarikan diri menuju laut lepas. Lima orang terluka dan tiga orang tewas dari pihak armada Murray, dan Murray sendiri termasuk diantara yang tewas tersebut.
     Insiden pertempuran di Tenggarong ini sampai ke pihak Inggris. Sebenarnya Inggris hendak melakukan serangan balasan terhadap Kutai, namun ditanggapi oleh pihak Belanda bahwa Kutai adalah salah satu bagian dari wilayah Hindia Belanda dan Belanda akan menyelesaikan permasalahan tersebut dengan caranya sendiri. Kemudian Belanda mengirimkan armadanya dibawah komando t’Hooft dengan membawa persenjataan yang lengkap. Setibanya di Tenggarong, armada t’Hooft menyerang istana Sultan Kutai. Sultan A.M. Salehuddin diungsikan ke Kota Bangun. Panglima perang kerajaan Kutai, Awang Long gelar Pangeran Senopati bersama pasukannya dengan gagah berani bertempur melawan armada t’Hooft untuk mempertahankan kehormatan Kerajaan Kutai Kartanegara. Awang Long gugur dalam pertempuran yang kurang seimbang tersebut dan Kesultanan Kutai Kartanegara akhirnya kalah dan takluk pada Belanda.
Pada tanggal 11 Oktober 1844, Sultan A.M. Salehuddin harus menandatangani perjanjian dengan Belanda yang menyatakan bahwa Sultan mengakui pemerintahan Hindia Belanda dan mematuhi pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan yang diwakili oleh seorang Residen yang berkedudukan di Banjarmasin.
Tahun 1846, H. von Dewall menjadi administrator sipil Belanda yang pertama di pantai timur Kalimantan.
Pada tahun 1850, Sultan A.M. Sulaiman memegang tampuk kepemimpinan Kesultanan Kutai kartanegara Ing Martadipura.
    Pada tahun 1853, pemerintah Hindia Belanda menempatkan J. Zwager sebagai Assisten Residen di Samarinda. Saat itu kekuatan politik dan ekonomi masih berada dalam genggaman Sultan A.M. Sulaiman (1850-1899).
Pada tahun 1863, kerajaan Kutai Kartanegara kembali mengadakan perjanjian dengan Belanda. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara menjadi bagian dari Pemerintahan Hindia Belanda.
     Tahun 1888, pertambangan batubara pertama di Kutai dibuka di Batu Panggal oleh insinyur tambang asal Belanda, J.H. Menten. Menten juga meletakkan dasar bagi ekspoitasi minyak pertama di wilayah Kutai. Kemakmuran wilayah Kutai pun nampak semakin nyata sehingga membuat Kesultanan Kutai Kartanegara menjadi sangat terkenal di masa itu. Royalti atas pengeksloitasian sumber daya alam di Kutai diberikan kepada Sultan Sulaiman.
Tahun 1899, Sultan Sulaiman wafat dan digantikan putera mahkotanya Aji Mohammad dengan gelar Sultan Aji Muhammad Alimuddin.
Pada tahun 1907, misi Katholik pertama didirikan di Laham. Setahun kemudian, wilayah hulu Mahakam ini diserahkan kepada Belanda dengan kompensasi sebesar 12.990 Gulden per tahun kepada Sultan Kutai Kartanegara.
     Sultan Alimuddin hanya bertahta dalam kurun waktu 11 tahun saja, beliau wafat pada tahun 1910. Berhubung pada waktu itu putera mahkota Aji Kaget masih belum dewasa, tampuk pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara kemudian dipegang oleh Dewan Perwalian yang dipimpin oleh Aji Pangeran Mangkunegoro.
Pada tanggal 14 Nopember 1920, Aji Kaget dinobatkan sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan Aji Muhammad Parikesit.
     Sejak awal abad ke-20, ekonomi Kutai berkembang dengan sangat pesat sebagai hasil pendirian perusahaan Borneo-Sumatra Trade Co. Di tahun-tahun tersebut, kapital yang diperoleh Kutai tumbuh secara mantap melalui surplus yang dihasilkan tiap tahunnya. Hingga tahun 1924, Kutai telah memiliki dana sebesar 3.280.000 Gulden – jumlah yang sangat fantastis untuk masa itu.
Tahun 1936, Sultan A.M. Parikesit mendirikan istana baru yang megah dan kokoh yang terbuat dari bahan beton. Dalam kurun waktu satu tahun, istana tersebut selesai dibangun.
Ketika Jepang menduduki wilayah Kutai pada tahun 1942, Sultan Kutai harus tunduk pada Tenno Heika, Kaisar Jepang. Jepang memberi Sultan gelar kehormatan Koo dengan nama kerajaan Kooti.
Wilayah
     Pada masa kejayaannya hingga tahun 1959, Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas. Wilayah kekuasaannya meliputi beberapa wilayah otonom yang ada di propinsi Kalimantan Timur saat ini, yakni:
  1. Kabupaten Kutai Kartanegara
  2. Kabupaten Kutai Barat
  3. Kabupaten Kutai Timur
  4. Kota Balikpapan
  5. Kota Bontang
  6. Kota Samarinda
Dengan demikian, luas dari wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara hingga tahun 1959 adalah seluas 94.700 km2.
     Pada tahun 1959, wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara atau Daerah Istimewa Kutai dibagi menjadi 3 wilayah Pemerintah Daerah Tingkat II, yakni Kabupaten Kutai, Kotamadya Balikpapan dan Kotamadya Samarinda. Dan sejak itu berakhirlah pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara setelah disahkannya Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Kutai melalui UU No.27 Tahun 1959 tentang Pencabutan Status Daerah Istimewa Kutai.
 Keraton Kesultanan
    Dokumentasi bentuk istana Sultan Kutai hanya ada pada masa pemerintahan Sultan A.M. Sulaiman yang kala itu beribukota di Tenggarong, setelah para penjelajah Eropa melakukan ekspedisi ke pedalaman Mahakam pada abad ke-18. Carl Bock, seorang penjelajah berkebangsaan Norwegia yang melakukan ekspedisi Mahakam pada tahun 1879 sempat membuat ilustrasi pendopo istana Sultan A.M. Sulaiman. Istana Sultan Kutai pada masa itu terbuat dari kayu ulin dengan bentuk yang cukup sederhana.
Setelah Sultan Sulaiman wafat pada tahun 1899, Kesultanan Kutai Kartanegara kemudian dipimpin oleh Sultan A.M. Alimuddin (1899-1910). Sultan Alimuddin mendiami keraton baru yang terletak tak jauh dari bekas keraton Sultan Sulaiman. Keraton Sultan Alimuddin ini terdiri dari dua lantai dan juga terbuat dari kayu ulin (kayu besi). Keraton ini dibangun menghadap sungai Mahakam. Hingga Sultan A.M. Parikesit naik tahta pada tahun 1920, keraton ini tetap digunakan dalam menjalankan roda pemerintahan kerajaan.
    Pada tahun 1936, keraton kayu peninggalan Sultan Alimuddin ini dibongkar karena akan digantikan dengan bangunan beton yang lebih kokoh. Untuk sementara waktu, Sultan Parikesit beserta keluarga kemudian menempati keraton lama peninggalan Sultan Sulaiman. Pembangunan keraton baru ini dilaksanakan oleh HBM ( Hollandsche Beton Maatschappij ) Batavia dengan arsiteknya Estourgie. Dibutuhkan waktu satu tahun untuk menyelesaikan istana ini. Setelah fisik bangunan keraton rampung pada tahun 1937, baru setahun kemudian yakni pada tahun 1938 keraton baru ini secara resmi didiami oleh Sultan Parikesit beserta keluarga. Peresmian keraton yang megah ini dilaksanakan cukup meriah dengan disemarakkan pesta kembang api pada malam harinya. Sementara itu, dengan telah berdirinya keraton baru maka keraton buruk peninggalan Sultan Sulaiman kemudian dirobohkan. Pada masa sekarang, areal bekas keraton lama ini telah diganti dengan sebuah bangunan baru yakni gedung Serapo LPKK.
    Setelah pemerintahan Kesultanan Kutai berakhir pada tahun 1960, bangunan keraton dengan luas 2.270 m2 ini tetap menjadi tempat kediaman Sultan A.M. Parikesit hingga tahun 1971. Keraton Kutai kemudian diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur pada tanggal 25 Nopember 1971. Pada tanggal 18 Februari 1976, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyerahkan bekas keraton Kutai Kartanegara ini kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dikelola menjadi sebuah museum negeri dengan nama Museum Mulawarman. Didalam museum ini disajikan beraneka ragam koleksi peninggalan kesultanan Kutai Kartanegara, diantaranya singgasana, arca, perhiasan, perlengkapan perang, tempat tidur, seperangkat gamelan, koleksi keramik kuno dari China, dan lain-lain.
    Dalam lingkungan keraton Sultan Kutai terdapat makam raja dan keluarga kerajaan Kutai Kartanegara. Jirat atau nisan Sultan dan keluarga kerajaan ini kebanyakan terbuat dari kayu besi yang dapat tahan lama dengan tulisan huruf Arab yang diukir. Sultan-sultan yang dimakamkan disini diantaranya adalah Sultan Muslihuddin, Sultan Salehuddin, Sultan Sulaiman dan Sultan Parikesit. Hanya Sultan Alimuddin saja yang tidak dimakamkan di lingkungan keraton, beliau dimakamkan di tanah miliknya di daerah Gunung Gandek, Tenggarong.
    Pada tanggal 22 September 2001, putra mahkota H. Aji Pangeran Praboe Anum Surya Adiningrat dinobatkan menjadi Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan H.A.M. Salehuddin II. Dipulihkannya kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ini adalah sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya Kerajaan Kutai sebagai kerajaan tertua di Indonesia agar tak punah dimakan masa. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara telah membangun sebuah istana baru yang disebut Kedaton bagi Sultan Kutai Kartanegara yang sekarang. Bentuk kedaton baru yang terletak disamping Masjid Jami’ Hasanuddin ini memiliki konsep rancangan yang mengacu pada bentuk keraton Kutai pada masa pemerintahan Sultan Alimuddin.
Gelar Kebangsawanan
    Dalam Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, gelar kebangsawanan yang digunakan oleh keluarga kerajaan adalah Aji. Gelar Aji diletakkan di depan nama anggota keluarga kerajaan. Dalam gelar kebangsawanan Kutai Kartanegara dikenal penggunaan gelar sebagai berikut
  • Aji Sultan: digunakan untuk penyebutan nama Sultan bagi kerabat kerajaan
  • Aji Ratu: gelar yang diberikan bagi permaisuri Sultan
  • Aji Pangeran: gelar bagi putera Sultan.
  • Aji Puteri: gelar bagi puteri Sultan. Gelar Aji Puteri setara dengan Aji Pangeran.
  • Aji Raden: gelar yang setingkat diatas Aji Bambang. Gelar ini diberikan oleh Sultan hanya kepada pria bangsawan Kutai yang sebelumnya menyandang gelar Aji Bambang.
  • Aji Bambang: gelar yang setingkat lebih tinggi dari Aji. Gelar ini hanya dapat diberikan oleh Sultan kepada pria bangsawan Kutai yang sebelumnya menyandang gelar Aji saja.
  • Aji: gelar bagi keturunan bangsawan Kutai. Gelar Aji hanya dapat diturunkan oleh pria bangsawan Kutai. Wanita Aji yang menikah dengan pria biasa tidak dapat menurunkan gelar Aji kepada anak-anaknya.
    Jika pria Aji menikah dengan wanita dari kalangan bangsawan Kutai sendiri atau dari kalangan rakyat biasa maupun suku lain, maka putra-putrinya berhak menyandang gelar Aji. Namun jika wanita Aji menikah dengan pria yang bukan keturunan bangsawan Kutai, maka putra-putrinya tidak dapat memperoleh gelar Aji, kecuali jika wanita Aji tersebut menikah dengan bangsawan keturunan Arab (Sayid).
Jika wanita Aji menikah dengan keturunan Arab (Sayid), maka putra-putrinya memperoleh gelar sebagai berikut:
  • Aji Sayid: gelar ini diturunkan kepada putera dari wanita Aji yang menikah dengan pria keturunan Arab.
  • Aji Syarifah: gelar ini diturunkan kepada puteri dari wanita Aji yang menikah dengan pria keturunan Arab.
Gelar Aji Sayid maupun Aji Syarifah tetap setara dengan gelar Aji biasa. Artinya gelar ini tetap dibawah Aji Bambang maupun Aji Raden




Makam Sultan Kutai

Wisata Sejarah – Makam Sultan Kutai – Tenggaraong – Kalimantan Timur
    Setiap Hari Ulang Tahun Kota Tenggarong , para petinggi pemerintah daerah Tenggarong bersiarah ke Makam Sultan Kutai XV dilanjutkan ke makam Sultan lainnya.
Sejarah:
Kota Tengggarong dimulai ketika Sultan AM Muslihuddin memindahkan ibukota Kesultanan Kutai dari Pemarangan ke Tepian Pandan pada tanggal 28 September 1782 silam. Oleh Sultan Kutai, nama Tepian Pandan kemudian diubah menjadi Tangga Arung yang berarti Rumah Raja. Pada perkembangannya, nama Tangga Arung lebih populer dengan sebutan Tenggarong dan tetap bertahan hingga saat ini.
Tenggarong menjadi kota yang dapat memberikan harapan bagi penduduknya sebagai kawasan nyaman dihuni.
Sultan Kutai ke – 15 AM Muslihuddin, Sultan Kutai ke 16 AM Salehoeddin I, Sultan ke 17 AM Sulaiman dan Sultan ke 19 AM Parikesit.




Museum Mulawarman

Wisata Sejarah – Museum MulawarmanKalimantan Timur
    Museu Mulawarman, adalah istana dari Kesultanan Kutai Kartanegara dibangun pada tahun 1963 sebagai pengganti Istana sebelumnya yang terbakar. kini telah dibangun Balai Kedaton sebagai tempat kediaman Sultan Salehuddin II yang telah dinobatkan kembali pada tahun 2002. Di dalam lingkungan Istana kesultanan terdapat pemakaman keluarga kerabat Kerajaan Kutai Kartanegara serta Masjid Hasanuddin saksi masuknya Islam di Kutai.
    Di dalam Museum Mulawarman tersimpan benda-benda sejarah yang pernah digunakan oleh Kesultanan seperti Singgasana, Tempat Peraduan, Pakaian Kebesaran, Tombak, Keris, Meriam, Kalung dan Prasasti Yupa serta Koleksi Keramik Cina. Setiap bulan September dilaksanakan Upacara Erau, yaitu tarian Khas Kedaton Upacara Adat dan Mengulur Naga di Desa Kutai Lama. Dimana pada setiap pelaksanaan Erau juga ditampilkan atraksi Seni Budaya baik berupa Tarian Tradisional dan Upara Adat dari berbagai Suku lainnya di Indonesia serta mancanegara.
    Museum ini berada di Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, namun pengelolaannya oleh Provinsi Kalimantan Timur. Museum Mulawarman terdiri dari dua lantai, lantai basement terdapat koleksi keramik Cina. sedangkan lantai 1 berisi koleksi peninggalan bercorak kesenian. Di belakang museum, pengunjung bisa berbelanja cinderamata khas budaya Dayak, batu perhiasan, maupun cendera mata lainnya.
Jarak tempuh museum Mulawarman dari Balikpapan berkisar 3 jam perjalanan darat, dari Samarinda berkisar 45 menit.




Pantai Manggar Segarasari

Wisata Alam – Pantai Manggar Segarasari – Balikpapan – Kalimantan Timur
segara-sari-manggar-beach1Pantai Manggar Segarasari , air laut jernih, riak gelombang kecil serta pasir  putih terbentang seluas 13000 m2, merupakan tempat yang nyaman bagi mereka ingin bermain, berlayar maupun volley pantai.
Pantai Manggar Segarasari dibuka untuk umum mulai pukul 06.00 – 18.00, dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum
Lokasi Pantai Manggar Segarasari berada di Kelurahan Manggar dan Teritip dengan jarak 9 km dari Bandara Sepinggan atau 22 km dari pusat kota Balikpapan




Pulau Kumala

Wisata Alam – Pulau Kumala – Delta Sungai Mahakam

    Pulau Kumala merupakan daerah delta di Sungai Mahakam yang memanjang di sebelah Barat Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara. Dimulai pada tahun 2000, Pulau Kumala dibangun menjadi kawasan wisata.
Pulau Kumala wikipediaTaman Wisata Pulau Kumala berjarak sekitar 27 km dari Kota Samarinda yang dapat ditempuh melalui Jembatan Kutai Kartanegara dalam waktu kurang lebih 30 menit. Sedangkan dari kota Balikpapan yang memiliki fasilitas Bandara Sepinggan dan Pelabuhan Semayang yang merupakan akses transportasi udara dan laut di Kalimantan Timur, Berjarak sekitar 130 km yang dapat ditempuh kurang lebih 3 jam lewat jalan darat. Selain itu Taman Wisata Pulau Kumala dapat juga dicapai dengan transportasi air melewati Sungai Mahakam.
     Obyek wisata Pulau Kumala yang terletak di tengah Sungai Mahakam merupakan taman rekreasi perpaduan antara teknologi modern dan budaya tradisional. Pulau seluas 76 hektar ini dulunya adalah lahan tidur dan semak belukar. Saat ini, sebagian area sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti sky tower setinggi 100 meter untuk menikmati keindahan dari udara, kereta api mini area permainan dan kereta gantung yang menghubungkan dengan daratan.
Di pulau ini terdapat DSJ Resort lengkap dengan kolam renang dan sarana bagi mereka yang ingin istirahat, yaitu satu-satunya cottage di tengah Sungai Mahakam di lokasi Pulau ini dipersiapkan Aquarium Raksasa bagi ikan pesut, lumba-lumba air tawar yang hanya ada di Republik Rakyat Cina dan Brasil.




Sungai Mahakam

    Sungai Mahakam , kawasan wisata alam ini tempat bersantai pada sore hari sambil menikmati jajanan , berperahu ditepian sungai Mahakam.
sungai-mahakam-samarinda ardizblogspotcomSungai Mahakam merupakan sungai terbesar yang membelah provinsi Kalimantan (Borneo) Timur. Alur sungai ini, sebagian besar mengitari wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, dan Kota Samarinda. Bagian hulu sungai ini melintasi Kabupaten Kutai Barat, sementara bagian hilirnya melintasi Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda. Sungai Mahakam bisa dikatakan menjadi jantung kehidupan bagi sebagian besar masyarakat Kalimantan (Borneo) Timur.
Menikmati Sungai Mahakam
     Di Samarinda, tepian Sungai Mahakam dimanfaatkan sebagai area publik yang menjadi tempat bersantai, khususnya pada sore hari. Pemerintah daerah setempat sudah menata sedemikian rupa, sehingga masyarakat tampak nyaman berada di tempat itu.
Menjelang sore hari, kita akan melihat puluhan pedagang membuka lapak-lapak makanan dan minuman, berikut tempat duduk untuk bersantai. Persewaan mainan pun tersedia bagi mereka yang ingin memanjakan anak-anaknya. Makanan yang dijajakan, sebenarnya tak terlalu banyak, seperti bakso, mie ayam, nasi goreng, mie goreng, dan jagung bakar. Tapi, suasana menjadi salah satu hal yang dijual di kawasan itu.
Menjelang matahari terbenam, kawasan tepian Mahakam akan semakin ramai dikunjungi. Sebab, menikmati senja di tepian menjadi daya tarik tersendiri. Bagi yang ingin menikmati suasana lain, beberapa rumah makan yang terletak di kawasan perbukitan juga menawarkan keeksotisan sebuah sungai yang bisa dinikmati dari ketinggian.
Di kawasan tepian kota ini, kita juga bisa menemukan sentra penjualan amplang dan oleh-oleh khas Kalimantan (Borneo) Timur, juga puluhan penjual telur penyu. Telur penyu, konon berkhasiat mengobati berbagai jenis penyakit.
     Di Kota Tenggarong, Sungai Mahakam juga bisa dinikmati dari sebuah pulau yang berada ditengah sungai yang melintasi kota tersebut. Pulau itu adalah Pulau Kumala, yang telah dikelola menjadi sebuah taman wisata. Beragam wahana bisa dinikmati dengan tiket masuk yang sangat terjangkau.
Sungai Mahakam sebagai Jantung Transportasi
Beberapa wilayah di Kalimantan (Borneo) Timur hanya dapat dilalui dengan menggunakan transportasi sungai. Bahkan, transportasi sungai masih menjadi andalan bagi pengangkutan barang di Kalimantan (Borneo) Timur. Panjang sungai ini mencapai 920 km. Beberapa anak sungai yang bermuara di Sungai  Mahakam diantaranya Sungai Tenggarong, Sungai Belayan dan Sungai Lawa.
    Menyusuri tepian Sungai Mahakam, kita akan menemukan berbagai aktivitas sosial masyarakat yang wilayahnya dilintasi sungai tersebut. Aktivitas tersebut misalnya pemanfaatan sungai sebagai sarana transportasi untuk angkutan penumpang dan barang, serta hasil bumi yang diperdagangkan antar pulau dan diekspor ke berbagai negara, aktivitas nelayan pencari ikan dan kegiatan jual beli ikan hasil tangkapan.
Sebagian besar daerah hulu Sungai Mahakam hanya dapat dijangkau dengan menggunakan ketinting atau perahu motor, juga taksi air (kapal) jarak jauh. Pelabuhan Mahakam Hulu, menjadi titik keberangkatan kapal motor jarak jauh menuju sejumlah daerah diantaranya Melak, Long Iram, Long Bagun yang jarak tempuhnya antara satu hingga dua hari.




Taman Argowisata Batuah

    Taman Argowisata Batuah - Kutai Kartanegara – Kalimantan Timur
Dalam Taman Argowisata Batuah terdapat berbagai macam jenis anggrek diantaranya adalah Anggrek Alam, Dandrobium, Anggrek Vanda, Anggrek Bulan, dan tanaman hias lainnya. Kaktus dan merupakan salah satu objek yang dapat dikunjungi. Terdapat 10 rumah kaktus yang berjejer rapi dan berwarna-warni.
Di Taman Argowisata Batuah terdapat kolam pemancingan ,salah satu andalan dari Agrowisata Batuah. Terdapat 3 buah kolam yang berada di lekukan perbukitan yang dapat menampung kurang lebih 100 orang pemancing.
    Fasilitas lainnya adalah Jogging Ttack dan Camping Ground. Dengan lokasi yang terhampar luas serta berada pada dataran tinggi di tengah-tengah kebun buah-buahan sehingga setiap pengunjung dapat menikmati suasana alam yang indah dengan angin sepoi-sepoi dan adanya aroma keharuman bunga yang menyegarkan.
    Aneka buah-buahan yang terdapat di Taman Argowisata Batuah, diantaranya adalah jenis-jenis Rambutan seperti Binjai, Lebak Bulus, Rapiah, Antalagi, Durian, Nanas, Salak Pondoh, Jambu
Fasilatas yang terdapat di Taman Argowisata Batuah adalah Cafe, Fergola denga payung bunga, saung tempat istirahat, toilet dan Villa dengan gaya rumah panggung yang disewakan bagi pengunjung yang ingin bermalam
    Terletak di KM.24 Loa Janan yang merupakan jalan utama antara Samarinda dan Balikpapan. memiliki luas 35 ha dengan konsep pertanian, alam dan wisata dan berada diantara pertanian rakyat desa Batuah.
Taman Agrowisata Batuah ini dikelola oleh Dinas Pertanian Tanaman Propinsi Kalimantan Timur akan tetapi lokasi dan areanya berada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Lama tempuh dari Balikpapan ke Taman Agro adalah sekitar 1 jam 30 menit, sedangkan jarak tempuh dari Tenggarong ke Taman Agro adalah sekitar 45 menit.




Taman Nasional Kayan Mentarang

     Taman Nasional Kayan Mentarang , kawasan wisata alam meliputi Pantai Pulau Datok dan Bukit Lubang Tedong, Gunung Palung , Gunung Panti ,Cabang Panti, Kampung Baru, Sungai Matan dan Sungai Simpang, dengan luasnya 1.360.500 hektar, merupakan suatu kesatuan kawasan hutan primer dan hutan sekunder tua yang terbesar dan masih tersisa di Kalimantan dan seluruh Asia Tenggara.
kayan09 dephutgoidTaman Nasional Kayan Mantarang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa bernilai tinggi baik jenis langka maupun dilindungi, keanekaragaman tipe ekosistem dari hutan hujan dataran rendah sampai hutan berlumut di pegunungan tinggi. Keanekaragaman hayati yang terkandung di Taman Nasional Kayan Mentarang memang sangat mengagumkan.
Pengamatan tumbuhan pulai , jelutung , ramin , Agathis , kayu ulin , rengas , gaharu , aren , berbagai jenis anggrek, palem, dan kantong semar. Selain itu, ada beberapa jenis tumbuhan yang belum semuanya dapat diidentifikasi karena merupakan jenis tumbuhan baru di Indonesia. serta mamalia endemik, primata (Beberapa jenis mamalia langka seperti macan dahan, beruang madu, lutung dahi putih , banteng) dan beberapa jenis burung terancam punah.
Resize of River_Stone_CSungai-sungai yang adadiTamanNasionalKayanMantarang seperti S. Bahau, S. Kayan dan S. Mentarang digunakan sebagai transportasimenujukawasan.Selama dalam perjalanan, selain dapat melihat berbagai jenis satwa yang ada disekitar sungai,jugadapatmelihat kelincahan longboat dalam melewati jeram, ataupun melawan arus yang cukupderas.
Keberadaan sekitar 20.000-25.000 orang dari berbagai kelompok etnis Dayak yang bermukim di sekitar kawasan Taman Nasional Kayan Mantarang seperti Kenyah, Punan, Lun Daye, dan Lun Bawang, ternyata memiliki pengetahuan kearifan budaya sesuai dengan prinsip konservasi. Hal ini merupakan salah satu keunikan tersendiri di Taman Nasional Kayan Mentarang. Keunikan tersebut terlihat dari kemampuan masyarakat melestarikan keanekaragaman hayati di dalam kehidupannya. Sebagai contoh berbagai varietas dan jenis padi terpelihara dan terkoleksi dengan cukup baik untuk menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari.
Banyak peninggalan arkeologi berupa kuburan dan alat-alat dari batu yang terdapat di taman nasional (umurnya lebih 350 tahun), dan diperkirakan merupakan situs arkeologi yang sangat penting di Kalimantan.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Pantai Pulau Datok dan Bukit Lubang Tedong. Wisata bahari dan berenang
Gunung Palung (1.116 m. dpl) dan Gunung Panti (1.050 m. dpl). Pendakian, air terjun, pengamatan tumbuhan/satwa dan berkemah.
Cabang Panti. Pusat penelitian dengan fasilitas stasiun penelitian, wisma peneliti dan perpustakaan.
Kampung Baru. Pengamatan satwa bekantan.
Sungai Matan dan Sungai Simpang. Menyelusuri sungai, pengamatan satwa dan wisata budaya (situs purbakala).
    Keanekaragaman hayati bernilai tinggi dan masih alami, merupakan tantangan bagi para peneliti untuk mengungkapkan dan mengembangkan pemanfaatannya. Disamping itu keindahan alam hutan, sungai, tebing, kebudayaan suku Dayak merupakan daya tarik yang sangat menantang bagi para petualang dan wisatawan.
Kunjungan terbaik: bulan September s/d Desember setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi :Cara pencapaian lokasi: Dari Samarinda ke Tarakan (plane) sekitar satu jam, dilanjutkan menggunakan speed boat/klotok menyusuri sungai Mentarang ke lokasi dengan waktu enam jam sampai satu hari.[dephut.go.id]
    Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) termasuk  Cagar Alam , TNKM memiliki kawasan hutan primer dan skunder tua terbesar yang masih tersisa di Pulau Borneo dan kawasan Asia Tenggara.
Nama Kayan Mentarang diambil dari dua nama sungai penting yang ada di kawasan taman nasional, yaitu Sungai Kayan di sebelah selatan dan Sungai Mentarang di sebelah utara ada juga mengatakan nama ini diambil dari nama dataran tinggi / plato di pegunungan setempat yang bernama Apau Kayan yang membentang luas (mentarang) dari daerah Datadian / Long Kayan di selatan melewati Apau Ping di tengah dan Long Bawan di utara.
     Hamparan hutan ini membentang di bagian utara Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di wilayah Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan, berbatasan langsung dengan Sabah dan Sarawak, Malaysia. Sebagian besar kawasan masuk dalam Kabupaten Malinau dan sebagian lagi masuk dalam Kabupaten Nunukan. Potensi wisata di Taman Nasional Kayan Mentarang ialah Hulu Pujungan, Hulu Krayan dan Hulu Kayan/Datadian.
Kawasan TNKM terletak pada ketinggian antara 200 meter sampai sekitar ±2.500 m di atas permukaan laut, mencakup lembah-lembah dataran rendah, dataran tinggi pegunungan, serta gugus pegunungan terjal yang terbentuk dari berbagai formasi sedimen dan vulkanis.
    Tipe-tipe utama adalah hutan Dipterokarp, hutan Fagaceae-Myrtaceae atau hutan Ek, hutan pegunungan tingkat tengah dan tinggi (di atas 1.000 m di atas permukaan laut), hutan agathis, hutan kerangas, hutan rawa yang terbatas luasnya, serta suatu tipe khusus “hutan lumut” dipuncak-puncak gunung diatas ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut. Selain itu, terdapat pula berbagai jenis hutan sekunder. Hutan di wilayah sepanjang sungai Bahau adalah hutan perbukitan dengan tebing-tebing terjal yang sangat sulit untuk didaki dari tepi sungai. Hutan di wilayah ini memiliki banyak sekali air terjun dari berbagai ukuran, alur aliran air terjun yang berukuran kecil mempunyai tepi sungai yang cukup landai dan dipergunakan oleh masyarakat sekitar untuk memasuki hutan di kawasan ini. Pujungan juga dikenal sebagai daerah di mana matahari tidak pernah terbit dan tidak pernah tenggelam sebab sering tertutup oleh kabut atau awan. Walaupun demikian, pendarnya sinar matahari dari balik kabut atau awan tersebut mampu membuat kulit kita memerah terbakar tanpa merasakan teriknya panas matahari karena cukup dinginnya suhu di daerah ini. Dapat dibayangkan dinginnya suhu di daerah Apau Ping di hulu Pujungan.
    Bukan seperti pada umumnya sungai yang berasal dari 1 mata air di daerah hulu pegunungan yang kemudian mengalir bercabang-cabang ke hilir hingga menuju ke muara, sungai-sungai di taman nasional Kayan Mentarang berasal dari banyak mata air di banyak hulu daerah pegunungan dan mengalir menjadi 1 sungai yang besar menuju ke hilir hingga ke muara. Pada wilayah selatan taman nasional terdapat sungai Kayan yang bermuara setelah membelah kecamatan Tanjung Selor dan Tanjung Palas, berasal dari belasan mata air di hulu Kayan dan hulu Pujungan. Simpang Koala adalah area pertemuan antara sungai Bahau dan sungai Kayan adalah batas wilayah kabupaten Bulungan dan kabupaten Malinau. Arus sungai Kayan di daerah Tanjung Selor sangat tenang dan mulai bergejolak saat memasuki wilayah Long Lejau. Arus sungai Bahau sangat bervariasi dari ketenangan yang tidak berarus hingga gejolak arung jeram. Masyarakat Dayak hulu Pujungan memberi sebutan sungai Bahau sebagai sei giram yang berarti sungai berbatu yang berarus deras. Dan masyarakat di daerah ini adalah pengemudi-pengemudi perahu yang ulung dan kompak. Sungai Bahau pada daerah Long Aran mempunyai ketinggian air paling rendah dan sering menyebabkan para pengemudi perahu serta kepolisian setempat bahu-membahu menarik perahu kandas yang mempunyai panjang bisa mencapai hingga 20 meter itu beramai-ramai. Profil bebatuan di kedua sungai ini juga berbeda,  profil bebatuan yang dijumpai pada sungai Kayan mulai daerah Tanjung Selor hingga Simpang Koala, dan profil bebatuan di sungai Bahau yang ditemui sejak area Simpang Koala hingga hulu Pujungan
Flora dan Fauna
    Beberapa tumbuhan yang ada antara lain pulai (Alstonia scholaris), jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), Agathis (Agathis borneensis), kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), rengas (Gluta wallichii), gaharu (Aquilaria malacensis), aren (Arenga pinnata), berbagai jenis anggrek, palem, dan kantong semar. Selain itu, ada beberapa jenis tumbuhan yang belum semuanya dapat diidentifikasi karena merupakan jenis tumbuhan baru di Indonesia.
Terdapat sekitar 100 jenis mamalia (15 jenis diantaranya endemik), 8 jenis primata dan lebih dari 310 jenis burung dengan 28 jenis diantaranya endemik Kalimantan serta telah didaftarkan oleh ICBP (International Committee for Bird Protection) sebagai jenis terancam punah.
     Beberapa jenis mamalia langka seperti macan dahan (Neofelis nebulosa), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), lutung dahi putih (Presbytis frontata frontata), dan banteng (Bos javanicus lowi
Jenis flora yang dilaporkan ada dalam kawasan ini di antaranya termasuk ratusan jenis anggrek dan sedikitnya 25 jenis rotan. Selain itu juga telah berhasil diinventaris ratusan jenis burung termasuk jenis baru untuk Kalimantan dan Indonesia, jenis endemik dan jenis yang hampir punah. Beberapa jenis yang menarik diantaranya adalah jenis Enggang, Kuau Raja, Sepindan Kalimantan dan jenis-jenis Raja Udang.
TNKM juga merupakan habitat bagi banyak jenis satwa dilindungi seperti banteng (Bos javanicus), beruang madu (Helarctos malayanus), trenggiling (Manis javanica), macan dahan (Neofelis nebulosa), landak (Hystrix brachyura), dan rusa sambar (Cervus unicolor). Pada musim-musim tertentu di padang rumput di hulu Sungai Bahau, berkumpul kawanan banteng yang muncul dari kawasan hutan disekitarnya dan menjadi sebuah pemandangan yang menarik untuk disaksikan.
Budaya
      Di dalam dan di sekitar TNKM ditemukan beraneka ragam budaya yang merupakan warisan budaya yang bernilai tinggi untuk dilestarikan. Sekitar 21.000 orang dari bermacam etnik dan sub kelompok bahasa, yang dikenal sebagai suku Dayak, bermukim didalam dan disekitar taman nasional. Komunitas Dayak, seperti suku Kenyah, Kayan, Lundayeh, Tagel, Saben dan Punan, Badeng, Bakung, Makulit, Makasan mendiami sekitar 50 desa yang ada didalam kawasan TNKM.
    Ditemukannya kuburan batu di hulu Sungai Bahau dan hulu Sungai Pujungan, yang merupakan peninggalan suku Ngorek, mengindikasikan bahwa paling tidak sejak kurang lebih 400 tahun yang lalu masyarakat Dayak sudah menghuni kawasan ini. Peninggalan arkeologi yang paling padat ini diperkirakan sebagai peninggalan yang paling penting untuk pulau Borneo.
    Masyarakat di dalam kawasan taman nasional masih sangat bergantung pada pemanfaatan hutan sebagai sumber penghidupan, seperti kayu, tumbuhan obat, dan binatang buruan. Mereka juga menjual tumbuhan dan binatang hasil hutan, karena hanya ada sedikit peluang untuk mendapatkan uang tunai. Pada dasarnya masyarakat mengelola sumber daya alam secara tradisional dengan mendasarkan pada variasi jenis. Sebagai contoh banyak varietas padi ditanam, beberapa jenis kayu digunakan untuk bahan bangunan, banyak jenis tumbuhan digunakan untuk obat, dan berbagai jenis satwa buruan.




Taman Nasional Kutai

    Taman Nasional Kutai , kawasan wisata alam ini letaknya dipinggran teluk Kaba, dengan waktu tempuh  Balikpapan – Samarinda sekitar 2,5 jam dengan kendaraan darat roda empat, kemudian dilanjutkan ke Bontang sekitar tiga jam. Bontang- ke Teluk Kaba dengan menggunakan speed boat sekitar 30 menit. Selain itu antara Bontang-Sanggata terdapat jalan raya membelah taman nasional Kutai.
Berkunujung ke Taman Nasional Kutai sebaiknya  bulan April s/d Oktober setiap tahunnya.
Lokasi/obyek yang menarik dikunjungi pada Taman Nasional Kutai:
Teluk Kaba dan Muara Sangkimah. Wisata bahari dan pengamatan satwa seperti orangutan, bekantan, rusa sambar, kancil, beruang madu dan burung.
Teluk Lombok dan Muara Sungai Sangata. Wisata bahari dan pengamatan hutan bakau yang masih utuh.
Prevab Mentoko. Penelitian dan pengamatan satwa seperti beruang madu, orangutan, kancil, rusa sambar, dan babi hutan.
Goa Lobang Angin. Wisata goa.
Atraksi budaya di luar taman nasional: Festival Erau pada bulan September di Tenggarong.
Taman Nasional Kutai memiliki berbagai tipe vegetasi utama yaitu vegetasi hutan pantai/mangrove, hutan rawa air tawar, hutan kerangas, hutan genangan dataran rendah, hutan ulin/meranti/kapur dan hutan Dipterocarpaceae campuran. Taman nasional ini merupakan perwakilan hutan ulin yang paling luas di Indonesia.
Taman nasional ini merupakan lokasi taman nasional ketiga sebagai pusat rehabilitasi orangutan yang berlokasi di Teluk Kaba.
Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia sp.), meranti (Shorea sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur (Dryobalanops sp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai jenis anggrek.
     Pohon ulin yang terdapat di Sangkimah memiliki tinggi bebas cabang 45 m, diameter 225 cm atau keliling batang 706 cm dan volumenya 150 m3. Pohon ini tercatat sebagai pohon tertinggi dan terbesar di Indonesia.
Disamping memiliki potensi keanekaragaman tumbuhan, taman nasional ini juga memiliki potensi keanekaragaman satwa yang tinggi, yaitu dari kelompok primata seperti orangutan (Pongo satyrus), owa kalimantan (Hylobates muelleri), bekantan (Nasalis larvatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis fascicularis), beruk (M. nemestrina nemestrina), dan kukang (Nyticebus coucang borneanus).       Kelompok ini dapat dijumpai di Teluk Kaba, Prevab-Mentoko dan Sangkimah. Kelompok ungulata seperti banteng (Bos javanicus lowi), rusa sambar (Cervus unicolor brookei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), dan kancil (Tragulus javanicus klossi). Kelompok ini dapat dijumpai di seluruh kawasan Taman Nasional Kutai. Kelompok carnivora seperti beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus) bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), pergam raja/hijau (Ducula aenea), ayam hutan (Gallus sp.), beo/tiong emas (Gracula religiosa), dan pecuk ular asia (Anhinga melanogaster melanogaster).




Taman Pedestrian

Taman Pedestrian – Wisata Kota – Tenggarong – Kalimantan Timur

Terlihat sepasang muda-mudi ini duduk santai ditaman pedestrian.Suasana kota Tenggarong khususnya pada sore hari sangat ramai apalagi pada bulan ramadhan saat ini, terutama pada satu titik tempat yakni taman pedestrian yang berada di bawah jembatan Kutai Kartanegara. 
    Keberadaan jembatan Kutai Kartanegara sebagai jalur penghubung lalu lintas antar kecamatan dan daerah lain di sekitarnya sudah terbukti banyak manfaatnya. Selain manfaat utamanya, jembatan yang menjadi kebanggan warga Kukar ini juga memiliki potensi wisata dan keindahan gemerlap lampunya pada malam hari.
    Taman pedestrian yang dibangun di bawah jembatan menjadi tempat untuk bersantai, hal ini terlihat dari banyaknya warga yang berkumpul. beberapa pasangan muda-mudi duduk santai di pinggir sambil bercengkrama dengan pasangannya sambil menunggu bedug magrib untuk buka puasa.
Taman pedestrian yang tak pernah sepi, selaku ramai sebagi tempat santai bersama keluarga menikmati suasana kota Tenggarong sore hari.Tidak hanya kalangan muda saja, taman ini juga sebagai tempat bersantai untuk keluarga. Pada hari-hari tertentu taman ini juga digunakan untuk kegiatan atau even-even penting lainnya, misalnya untuk panggung hiburan rakyat dan beberapa acara parade band yang sering digelar.
Keberadaan taman yang lokasinya sangat strategis selalu dikunjungi dan dipadati oleh warga ini juga mempunyai dampak tersendiri, ini terbukti dengan banyaknya para penjual makanan dan minuman. sehingga secara tidak langsung berberadaan taman pedestarian ini turut meningkatan ekonomi rakyat sekaligus mengurangi dampak dari pengangguran di KukarTaman pedestrian yang tak pernah sepi, selaku ramai sebagi tempat santai bersama keluarga menikmati suasana kota Tenggarong sore hari.




Waduk Panji Sukarame

Waduk Panji Sukarame  – Tenggarong – Kutai Kartanegara – Kalimantan Timur, adalah waduk yang juga 

Dijadikan tempat rekreasi yang terletak di Kelurahan Panji Sukarame dan merupakan taman rekreasi yang sangat bagus untuk dinikmati dengan adanya pemandangan alam dan air waduk yang tenang. Luas lahan adalah ± 32 ha. Di sekeliling waduk banyak terdapat pondok-pondok untuk tempat beristirahat bagi para pengunjung. Di area waduk ada kafe atau warung untuk tempat makan dan minum serta panggung untuk tempat pertunjukan musik.
Sukarame adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur
Museum Kayu Tuah Himba, terletak tidak jauh dari Kawasan Waduk Panji Sukarame yaitu berjarak sekitar 600 meter dari Waduk. Dibangun dengan bangunan kayu panggung yang berukuran 20 x 20 M². Yang melatar belakangi dibukanya objek wisata ini adalah karena adanya buaya yang telah diawetkan dalam Museum Kayu tersebut.
Di dalam Museum Kayu ini terdapat beragam jenis kayu-kayu yang ada di Pulau Kalimantan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA(THANK'S FOR YOUR VISIT)