Selengkapnya lihat obyek wisata Kalimantan Timur lainnya :
Bukit Bangkirai
Bukit Bangkirai adalah kawasan wisata alam . Bukit Bangkirai ini terletak di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Bukit Bangkirai dapat ditempuh melalui perjalanan darat selama 1,5 jam dari Kota Balikpapan atau berjarak sekitar 150 km dari kota Tenggarong atau Samarinda dan hanya sekitar 58 km dari arah kota Balikpapan serta 20 km dari ibukota Kecamatan Samboja.
Wisata ini menawarkan pesona hutan hujan tropis yang masih alami, yang dilengkatp dengan sarana dan prasarana wisata seperti restoran, lamin untuk pertemuan, kolam renang, serta cottage maupun jungle cabin.
Bukit Bangkirai dapat ditempuh melalui perjalanan darat selama 1,5 jam dari Kota Balikpapan atau berjarak sekitar 150 km dari kota Tenggarong atau Samarinda dan hanya sekitar 58 km dari arah kota Balikpapan serta 20 km dari ibukota Kecamatan Samboja.
Wisata ini menawarkan pesona hutan hujan tropis yang masih alami, yang dilengkatp dengan sarana dan prasarana wisata seperti restoran, lamin untuk pertemuan, kolam renang, serta cottage maupun jungle cabin.
Dapat menikmati suasana hutan hujan
tropis yang masih alami dan bahkan kicauan burung dan suara-suara satwa
hutan lainnya pun masih dapat didengarkan.
Di kawasan ini terdapat canopy bridge
(jembatan tajuk) sepanjang 64 m yang digantung menghubungkan 5 pohon
Bangkirai di ketinggian 30 m. Jembatan tajuk ini merupakan yang pertama
di Indonesia, kedua di Asia dan yang kedelapan di dunia. Konstruksinya
dibuat di Amerika Serikat.
Meniti canopy bridge atau
jembatan tajuk yang digantung menghubungkan 5 pohon Bangkirai.menyusuri
jembatan gantung di ketinggian 30 meter dari muka tanah diiring desiran
angin yang sejuk seirama jembatan yangberayun-ayun . sambil melihat
panorama hutan hujan tropis (tropical rain forest) Bukit Bangkirai serta
mengamati dari dekat formasi tajuk tegakan “Dipteropcarpaceae” yang
menjadi ciri khas hutan hujan tropis, yang membentuk stratum atas yang
saling sambung menyambung. terdapat dua menara dari kayu ulin yang
didirikan mengelilingi batang pohon Bangkirai.
Kawasan disebut
Bukit Bangkirai karena Hutan ini didominasi oleh pohon jenis Bangkirai
yang tumbuh di kawasan hutan lindung ini. (Maskot utama obyek wisata
yang telah mendunia ini). ada pohon yang berusia lebih dari 150 tahun
dengan ketinggian mencapai 40 hingga 50 m, dengan diameter 2,3 m.
Pertumbuhan banir (akar papan) yang besar dan kuat menjadikan pohon ini
memiliki nilai keindahan tersendiri.
Kawasan Bukit Bangkirai termasuk dataran
rendah (primary lowland) “Dipterocarp forest” yang stabil, sehingga
menjadikan tempat invasi burung dari wilayah Kawasan Hutan Taman Wisata
Bukit Soeharto (sekitar 30 km) maupun wilayah sekitarnya , ditemukan dan
tercatat terdapat 113 jenis burung yang hidup di kawasan Bukit
Bangkirai ini.
Jenis-jenis fauna adalah Owa-Owa (Hylobates muelleri), Beruk (Macaca nemestrina), Lutung Merah (Presbytus rubicunda), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Babi Hutan (Susvittatus), Bajing Terbang (Squiler) serta Rusa Sambar (Corvus unicolor) yang telah ditangkarkan
Kawasan Bukit Bangkirai juga kaya akan anggrek alam minimal ada 45 jenis anggrek yang tumbuh secara alami di pepohonan yang masih hidup maupun yang sudah mati. diantaranya Anggrek Hitam (Coelegyne pandurata) yang sangat terkenal . Selain pembudidayaan anggrek-anggrek alam, juga dilakukan pengembangan anggrek silangan seperti Anggrek Kala, Anggrek Apple Blossom dan Anggrek Vanda. Selain kebun anggrek, kawasan wisata alam ini juga dijumpai kebun buah-buahan.
Jenis-jenis fauna adalah Owa-Owa (Hylobates muelleri), Beruk (Macaca nemestrina), Lutung Merah (Presbytus rubicunda), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Babi Hutan (Susvittatus), Bajing Terbang (Squiler) serta Rusa Sambar (Corvus unicolor) yang telah ditangkarkan
Kawasan Bukit Bangkirai juga kaya akan anggrek alam minimal ada 45 jenis anggrek yang tumbuh secara alami di pepohonan yang masih hidup maupun yang sudah mati. diantaranya Anggrek Hitam (Coelegyne pandurata) yang sangat terkenal . Selain pembudidayaan anggrek-anggrek alam, juga dilakukan pengembangan anggrek silangan seperti Anggrek Kala, Anggrek Apple Blossom dan Anggrek Vanda. Selain kebun anggrek, kawasan wisata alam ini juga dijumpai kebun buah-buahan.
Kawasan Bukit Bangkirai yang luasnya
mencapai 1.500 hektare ini merupakan kawasan hutan konservasi yang
mempunyai peran penting untuk mengembangkan monumen hutan alam tropika
basah yang dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan lingkungan dan
kehutanan. disamping pengembangkan potensi wisata alam dan penelitian
ilmiah serta meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap lingkungan dan
hutan terutama pada flora dan fauna
Hutan Lindung Sungai Wain
Hutan Lindung Sungai Wain, kawasan wisata alam ini meliputi wisata agro , mengamati beruang madu
Merupakan
sisa hutan primer dataran rendah Kalimantan dan mungkin yang terakhir
di Balikpapan. Agrowisata ini terletak di Jl Soekarno-Hatta Km 23.
Di huni dengan keanekaragaman hayati yang
masih lengkap. Di hutan ini masih dapat ditemukan populasi beruang madu
dengan jumlah terbatas (Beruang Madu adalah maskot Kota Balikpapan
sejak 2004) , yang dapat dilihat pada siang hari, kalau lagi tidak tidur
siang. Helarctos malayanus (beruang matahari dari Malaya atau Sun Bear).
Merupakan beruang terkecil dari jenis
beruang lainnya, memiliki lidah dan kuku depan yang terpanjang digunakan
untuk mencari makanan berbagai jenis serangga seperti rayap dan ulat
kumbang yang hidup di dalam kayu lapuk. juga doyan makan madu
Jembatan Kutai Karta Negara
Jembatan Kutai Karta Negara
Jembatan Kutai Karta Negara
salah satu obyek wisata kota di Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara
dapat ditempuh melalui Kota Balikpapan ataupun Ibukota Propinsi
Samarinda. Dari Samarinda lama tempuh ± 30 Menit, sedangkan dari
Balikppan ditempuh dengan ± 2 jam.
Di
Kota Tenggarong sebagai Ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara, terdapat
banyak pilihan objek wisata yang dapat dinikmati ataupun dikunjungi oleh
wisatawan, diantaranya yaitu Jembatan Kutai Kartanegara, Jembatan ini
merupakn sarana penghubung antara Tenggarong Seberang dengan Kota
Tenggarong. Panjang jembatan adalah 580 Meter. Dibangun menyerupai
Jembatan Golden Gate yang terdapat di San Fransisco.Jembatan ini juga merupakan akses menuju
Kota Samarinda ataupun sebaliknya yang dapat ditempuh hanya sekitar 30
menit. Setiap kendaraan beroda 4 (empat) yang lewat dikenakan retribusi
sebesar Rp. 1.000,-. Melewati Jembatan Kutai Kartanegara ada pemandangan
menarik yang dapat disaksikan, yaitu hamparan sebuah pulau kecil yang
memisahkan Kota Tenggarong dan Kecamatan Tenggarong Seberang, yaitu
Pulau Kumala, sebuagh pulau yang telah disulap menjadi Kawasan Wisata
Rekreasi yang banyak diminati oleh wisatawan Nusantara karena merupakan
kawasan rekreasi keluarga yang hampir mirip dengan Taman Mini Jaya Ancol
di Jakarta.
Di kawasan Jembatan Kutai Kartanegara
juga terdapat Jam Bentong yang merupakan sebuah Tugu yang terdapat
taman-taman yang terlihat asri dan indah jika dilihat dari atas
jembatan. Di dekat jembatan dinagun sarana olahraga panjat dinding
sebanyak 2 buah. Kawasan ii setiap sorenya selalu dipenuhi oleh
pengunjung yang dapat menikmati keindahan Jembatan Kutai Kartanegara
serta memandang Pulau Kumala dari kejauhan
Kebun Raya Samarinda
Kebun Raya Samarinda , yang
terletak di sebelah Utara kota Samarinda , berjarak 20 km atau 30 menit
perjalan darat dari pusat Kota Samarinda. Di tempat ini terdapat
atraksi Danau alam, kebun binatang , panggung hiburan, fasilitas olah
raga dan perahu wisata.
Kebun
Raya Samarinda memiliki alam yang sangat potensial . Salah
satu keistimewaannya yaitu yang mempunyai minat khusus, kebun binatang
yang luas dan menjadi lebih hidup dengan adanya beberapa ekor orang
utan yang dilepas. Para pengunjung Kebun Raya Samarinda dapat
berinteraksi langsung dengan hewan-hewan ramah tersebut. Bahkan sebagian
diantaranya berukuran hampir sebesar manusia dewasa. Hal ini menjadi
salah satu daya tarik yang besar bagi para pengunjung khususnya
anak-anak dan pengunjung dari luar wilayah Kalimanan Timur.
Kedaton Kutai Kartanegara
Kedaton Kutai Kartanegara
adalah istana milik Sultan Kutai Kartanegara yang terletak di pusat
kota Tenggarong, Kalimantan Timur, Indonesia. Istana ini selesai
dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2002
setelah dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ing
Martadipura.
Meski
telah resmi menjadi milik Sultan Kutai Kartanegara, istana baru ini
lebih difungsikan sebagai kantor lembaga kesultanan serta sebagai tempatpelaksanaan acara seremonial oleh Sultan atau Kesultanan Kutai
Kartanegara ing Martadipura
Kesultanan Kutai atau lebih lengkap disebut Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura (Martapura)
merupakan kesultanan bercorak Islam yang kembali eksis di Kalimantan
Timur setelah dihidupkan lagi pada tahun 2001 oleh Pemerintah Kabupaten
Kutai Kartanegara sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan adat Kutai
Keraton.
Dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai
ditandai dengan dinobatkannya sang pewaris tahta yakni putera mahkota H.
Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai
Kartanegara ing Martadipura dengan gelar H. Adji Mohamad Salehoeddin II
pada tanggal 22 September 2001
Sejarah
Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri pada awal abad ke-13 di daerah yang bernama Tepian Batu
atau Kutai Lama (kini menjadi sebuah desa di wilayah Kecamatan Anggana)
dengan rajanya yang pertama yakni Aji Batara Agung Dewa Sakti
(1300-1325). Kerajaan ini disebut dengan nama Kerajaan Tanjung Kute
dalam Negara Kretagama, yaitu salah satu daerah taklukan di Pulau
Tanjungnegara oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit.
Pada abad ke-16, Kerajaan Kutai
Kartanegara dibawah pimpinan raja Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa
berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai (atau disebut pula: Kerajaan Kutai Martadipura atau Kerajaan Kutai Martapura atau Kerajaan Mulawarman) yang terletak di Muara Kaman.
Raja Kutai Kartanegara pun kemudian menamakan kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura sebagai peleburan antara dua kerajaan tersebut.
Pada abad ke-17, agama Islam yang disebarkan Tuan Tunggang Parangan
diterima dengan baik oleh Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu
dipimpin Aji Raja Mahkota Mulia Alam. Setelah beberapa puluh tahun,
sebutan Raja diganti dengan sebutan Sultan. Sultan Adji Mohamad Idris
(1735-1778) merupakan sultan Kutai pertama yang menggunakan nama Islami.
Dan sebutan kerajaan pun berganti menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
Tahun 1732, ibukota Kerajaan Kutai Kartanegara pindah dari Kutai Lama ke Pemarangan.
Sultan Aji Muhammad Idris yang merupakan
menantu dari Sultan Wajo Lamaddukelleng berangkat ke tanah Wajo,
Sulawesi Selatan untuk turut bertempur melawan VOC bersama rakyat Bugis.
Pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara untuk sementara dipegang oleh
Dewan Perwalian.
Pada tahun 1739, Sultan A.M. Idris gugur
di medan laga. Sepeninggal Sultan Idris, terjadilah perebutan tahta
kerajaan oleh Aji Kado. Putera mahkota kerajaan Aji Imbut yang saat itu
masih kecil kemudian dilarikan ke Wajo. Aji Kado kemudian meresmikan
namanya sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan menggunakan gelar Sultan
Aji Muhammad Aliyeddin.
Setelah dewasa, Aji Imbut sebagai putera
mahkota yang syah dari Kesultanan Kutai Kartanegara kembali ke tanah
Kutai. Oleh kalangan Bugis dan kerabat istana yang setia pada mendiang
Sultan Idris, Aji Imbut dinobatkan sebagai Sultan Kutai Kartanegara
dengan gelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin. Penobatan Sultan
Muslihuddin ini dilaksanakan di Mangkujenang (Samarinda Seberang). Sejak
itu dimulailah perlawanan terhadap Aji Kado.
Perlawanan berlangsung dengan siasat
embargo yang ketat oleh Mangkujenang terhadap Pemarangan. Armada bajak
laut Sulu terlibat dalam perlawanan ini dengan melakukan penyerangan dan
pembajakan terhadap Pemarangan. Tahun 1778, Aji Kado meminta bantuan
VOC namun tidak dapat dipenuhi.
Pada tahun 1780, Aji Imbut berhasil
merebut kembali ibukota Pemarangan dan secara resmi dinobatkan sebagai
sultan dengan gelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin di istana Kesultanan
Kutai Kartanegara. Aji Kado dihukum mati dan dimakamkan di Pulau
Jembayan.
Aji Imbut gelar Sultan Aji Muhammad
Muslihuddin memindahkan ibukota Kesultanan Kutai Kartanegara ke Tepian
Pandan pada tanggal 28 September 1782. Perpindahan ini dilakukan untuk
menghilangkan pengaruh kenangan pahit masa pemerintahan Aji Kado dan
Pemarangan dianggap telah kehilangan tuahnya. Nama Tepian Pandan
kemudian diubah menjadi Tangga Arung yang berarti Rumah Raja,
lama-kelamaan Tangga Arung lebih populer dengan sebutan Tenggarong dan
tetap bertahan hingga kini.
Pada tahun 1636, Kutai diklaim oleh
Kesultanan Banjar sebagai salah satu vazalnya. Pada 1765, VOC membantu
Sultan Banjar Tamjidullah I untuk menaklukan Kutai kembali dalam
Perjanjian 20 Oktober 1756.
Pada tahun 1817, Kutai diserahkan sebagai
daerah pendudukan Hindia Belanda dalam Kontrak Persetujuan Karang Intan
I pada 1 Januari 1817 antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia
Belanda diwakili Residen Aernout van Boekholzt.
Pada tahun 1823, Kutai menjadi daerah
pendudukan Hindia Belanda dalam Kontrak Persetujuan Karang Intan II pada
13 September 1823 antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia
Belanda diwakili Residen Mr. Tobias.
Pada tahun 1838, Kesultanan Kutai
Kartanegara dipimpin oleh Sultan Aji Muhammad Salehuddin setelah Aji
Imbut mangkat pada tahun tersebut.
Pada tahun 1844, 2 buah kapal dagang
pimpinan James Erskine Murray asal Inggris memasuki perairan Tenggarong.
Murray datang ke Kutai untuk berdagang dan meminta tanah untuk
mendirikan pos dagang serta hak eksklusif untuk menjalankan kapal uap di
perairan Mahakam. Namun Sultan A.M. Salehuddin mengizinkan Murray untuk
berdagang hanya di wilayah Samarinda saja. Murray kurang puas dengan
tawaran Sultan ini. Setelah beberapa hari di perairan Tenggarong, Murray
melepaskan tembakan meriam kearah istana dan dibalas oleh pasukan
kerajaan Kutai. Pertempuran pun tak dapat dihindari. Armada pimpinan
Murray akhirnya kalah dan melarikan diri menuju laut lepas. Lima orang
terluka dan tiga orang tewas dari pihak armada Murray, dan Murray
sendiri termasuk diantara yang tewas tersebut.
Insiden pertempuran di Tenggarong ini
sampai ke pihak Inggris. Sebenarnya Inggris hendak melakukan serangan
balasan terhadap Kutai, namun ditanggapi oleh pihak Belanda bahwa Kutai
adalah salah satu bagian dari wilayah Hindia Belanda dan Belanda akan
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan caranya sendiri. Kemudian
Belanda mengirimkan armadanya dibawah komando t’Hooft dengan membawa
persenjataan yang lengkap. Setibanya di Tenggarong, armada t’Hooft
menyerang istana Sultan Kutai. Sultan A.M. Salehuddin diungsikan ke Kota
Bangun. Panglima perang kerajaan Kutai, Awang Long gelar Pangeran
Senopati bersama pasukannya dengan gagah berani bertempur melawan armada
t’Hooft untuk mempertahankan kehormatan Kerajaan Kutai Kartanegara.
Awang Long gugur dalam pertempuran yang kurang seimbang tersebut dan
Kesultanan Kutai Kartanegara akhirnya kalah dan takluk pada Belanda.
Pada tanggal 11 Oktober 1844, Sultan A.M.
Salehuddin harus menandatangani perjanjian dengan Belanda yang
menyatakan bahwa Sultan mengakui pemerintahan Hindia Belanda dan
mematuhi pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan yang diwakili oleh
seorang Residen yang berkedudukan di Banjarmasin.
Tahun 1846, H. von Dewall menjadi administrator sipil Belanda yang pertama di pantai timur Kalimantan.
Pada tahun 1850, Sultan A.M. Sulaiman memegang tampuk kepemimpinan Kesultanan Kutai kartanegara Ing Martadipura.
Pada tahun 1853, pemerintah Hindia
Belanda menempatkan J. Zwager sebagai Assisten Residen di Samarinda.
Saat itu kekuatan politik dan ekonomi masih berada dalam genggaman
Sultan A.M. Sulaiman (1850-1899).
Pada tahun 1863, kerajaan Kutai
Kartanegara kembali mengadakan perjanjian dengan Belanda. Dalam
perjanjian itu disepakati bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara menjadi
bagian dari Pemerintahan Hindia Belanda.
Tahun 1888, pertambangan batubara pertama
di Kutai dibuka di Batu Panggal oleh insinyur tambang asal Belanda,
J.H. Menten. Menten juga meletakkan dasar bagi ekspoitasi minyak pertama
di wilayah Kutai. Kemakmuran wilayah Kutai pun nampak semakin nyata
sehingga membuat Kesultanan Kutai Kartanegara menjadi sangat terkenal di
masa itu. Royalti atas pengeksloitasian sumber daya alam di Kutai
diberikan kepada Sultan Sulaiman.
Tahun 1899, Sultan Sulaiman wafat dan digantikan putera mahkotanya Aji Mohammad dengan gelar Sultan Aji Muhammad Alimuddin.
Pada tahun 1907, misi Katholik pertama
didirikan di Laham. Setahun kemudian, wilayah hulu Mahakam ini
diserahkan kepada Belanda dengan kompensasi sebesar 12.990 Gulden per
tahun kepada Sultan Kutai Kartanegara.
Sultan Alimuddin hanya bertahta dalam
kurun waktu 11 tahun saja, beliau wafat pada tahun 1910. Berhubung pada
waktu itu putera mahkota Aji Kaget masih belum dewasa, tampuk
pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara kemudian dipegang oleh Dewan
Perwalian yang dipimpin oleh Aji Pangeran Mangkunegoro.
Pada tanggal 14 Nopember 1920, Aji Kaget dinobatkan sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan Aji Muhammad Parikesit.
Sejak awal abad ke-20, ekonomi Kutai
berkembang dengan sangat pesat sebagai hasil pendirian perusahaan
Borneo-Sumatra Trade Co. Di tahun-tahun tersebut, kapital yang diperoleh
Kutai tumbuh secara mantap melalui surplus yang dihasilkan tiap
tahunnya. Hingga tahun 1924, Kutai telah memiliki dana sebesar 3.280.000
Gulden – jumlah yang sangat fantastis untuk masa itu.
Tahun 1936, Sultan A.M. Parikesit
mendirikan istana baru yang megah dan kokoh yang terbuat dari bahan
beton. Dalam kurun waktu satu tahun, istana tersebut selesai dibangun.
Ketika Jepang menduduki wilayah Kutai
pada tahun 1942, Sultan Kutai harus tunduk pada Tenno Heika, Kaisar
Jepang. Jepang memberi Sultan gelar kehormatan Koo dengan nama kerajaan
Kooti.
Wilayah
Pada masa kejayaannya hingga tahun 1959,
Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura memiliki wilayah kekuasaan
yang sangat luas. Wilayah kekuasaannya meliputi beberapa wilayah otonom
yang ada di propinsi Kalimantan Timur saat ini, yakni:
- Kabupaten Kutai Kartanegara
- Kabupaten Kutai Barat
- Kabupaten Kutai Timur
- Kota Balikpapan
- Kota Bontang
- Kota Samarinda
Dengan demikian, luas dari wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara hingga tahun 1959 adalah seluas 94.700 km2.
Pada tahun 1959, wilayah Kesultanan Kutai
Kartanegara atau Daerah Istimewa Kutai dibagi menjadi 3 wilayah
Pemerintah Daerah Tingkat II, yakni Kabupaten Kutai, Kotamadya
Balikpapan dan Kotamadya Samarinda. Dan sejak itu berakhirlah
pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara setelah disahkannya Pemerintah
Daerah Tingkat II Kabupaten Kutai melalui UU No.27 Tahun 1959 tentang
Pencabutan Status Daerah Istimewa Kutai.
Keraton Kesultanan
Dokumentasi bentuk istana Sultan Kutai
hanya ada pada masa pemerintahan Sultan A.M. Sulaiman yang kala itu
beribukota di Tenggarong, setelah para penjelajah Eropa melakukan
ekspedisi ke pedalaman Mahakam pada abad ke-18. Carl Bock, seorang
penjelajah berkebangsaan Norwegia yang melakukan ekspedisi Mahakam pada
tahun 1879 sempat membuat ilustrasi pendopo istana Sultan A.M. Sulaiman.
Istana Sultan Kutai pada masa itu terbuat dari kayu ulin dengan bentuk
yang cukup sederhana.
Setelah Sultan Sulaiman wafat pada tahun
1899, Kesultanan Kutai Kartanegara kemudian dipimpin oleh Sultan A.M.
Alimuddin (1899-1910). Sultan Alimuddin mendiami keraton baru yang
terletak tak jauh dari bekas keraton Sultan Sulaiman. Keraton Sultan
Alimuddin ini terdiri dari dua lantai dan juga terbuat dari kayu ulin
(kayu besi). Keraton ini dibangun menghadap sungai Mahakam. Hingga
Sultan A.M. Parikesit naik tahta pada tahun 1920, keraton ini tetap
digunakan dalam menjalankan roda pemerintahan kerajaan.
Pada tahun 1936, keraton kayu peninggalan
Sultan Alimuddin ini dibongkar karena akan digantikan dengan bangunan
beton yang lebih kokoh. Untuk sementara waktu, Sultan Parikesit beserta
keluarga kemudian menempati keraton lama peninggalan Sultan Sulaiman.
Pembangunan keraton baru ini dilaksanakan oleh HBM ( Hollandsche Beton
Maatschappij ) Batavia dengan arsiteknya Estourgie. Dibutuhkan waktu
satu tahun untuk menyelesaikan istana ini. Setelah fisik bangunan
keraton rampung pada tahun 1937, baru setahun kemudian yakni pada tahun
1938 keraton baru ini secara resmi didiami oleh Sultan Parikesit beserta
keluarga. Peresmian keraton yang megah ini dilaksanakan cukup meriah
dengan disemarakkan pesta kembang api pada malam harinya. Sementara itu,
dengan telah berdirinya keraton baru maka keraton buruk peninggalan
Sultan Sulaiman kemudian dirobohkan. Pada masa sekarang, areal bekas
keraton lama ini telah diganti dengan sebuah bangunan baru yakni gedung
Serapo LPKK.
Setelah pemerintahan Kesultanan Kutai
berakhir pada tahun 1960, bangunan keraton dengan luas 2.270 m2 ini
tetap menjadi tempat kediaman Sultan A.M. Parikesit hingga tahun 1971.
Keraton Kutai kemudian diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan
Timur pada tanggal 25 Nopember 1971. Pada tanggal 18 Februari 1976,
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyerahkan bekas keraton Kutai
Kartanegara ini kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk
dikelola menjadi sebuah museum negeri dengan nama Museum Mulawarman.
Didalam museum ini disajikan beraneka ragam koleksi peninggalan
kesultanan Kutai Kartanegara, diantaranya singgasana, arca, perhiasan,
perlengkapan perang, tempat tidur, seperangkat gamelan, koleksi keramik
kuno dari China, dan lain-lain.
Dalam lingkungan keraton Sultan Kutai
terdapat makam raja dan keluarga kerajaan Kutai Kartanegara. Jirat atau
nisan Sultan dan keluarga kerajaan ini kebanyakan terbuat dari kayu besi
yang dapat tahan lama dengan tulisan huruf Arab yang diukir.
Sultan-sultan yang dimakamkan disini diantaranya adalah Sultan
Muslihuddin, Sultan Salehuddin, Sultan Sulaiman dan Sultan Parikesit.
Hanya Sultan Alimuddin saja yang tidak dimakamkan di lingkungan keraton,
beliau dimakamkan di tanah miliknya di daerah Gunung Gandek,
Tenggarong.
Pada tanggal 22 September 2001, putra
mahkota H. Aji Pangeran Praboe Anum Surya Adiningrat dinobatkan menjadi
Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan H.A.M. Salehuddin II.
Dipulihkannya kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ini adalah sebagai
upaya untuk melestarikan warisan budaya Kerajaan Kutai sebagai kerajaan
tertua di Indonesia agar tak punah dimakan masa. Pemerintah Kabupaten
Kutai Kartanegara telah membangun sebuah istana baru yang disebut
Kedaton bagi Sultan Kutai Kartanegara yang sekarang. Bentuk kedaton baru
yang terletak disamping Masjid Jami’ Hasanuddin ini memiliki konsep
rancangan yang mengacu pada bentuk keraton Kutai pada masa pemerintahan
Sultan Alimuddin.
Gelar Kebangsawanan
Dalam Kesultanan Kutai Kartanegara Ing
Martadipura, gelar kebangsawanan yang digunakan oleh keluarga kerajaan
adalah Aji. Gelar Aji diletakkan di depan nama anggota keluarga
kerajaan. Dalam gelar kebangsawanan Kutai Kartanegara dikenal penggunaan
gelar sebagai berikut
- Aji Sultan: digunakan untuk penyebutan nama Sultan bagi kerabat kerajaan
- Aji Ratu: gelar yang diberikan bagi permaisuri Sultan
- Aji Pangeran: gelar bagi putera Sultan.
- Aji Puteri: gelar bagi puteri Sultan. Gelar Aji Puteri setara dengan Aji Pangeran.
- Aji Raden: gelar yang setingkat diatas Aji Bambang. Gelar ini diberikan oleh Sultan hanya kepada pria bangsawan Kutai yang sebelumnya menyandang gelar Aji Bambang.
- Aji Bambang: gelar yang setingkat lebih tinggi dari Aji. Gelar ini hanya dapat diberikan oleh Sultan kepada pria bangsawan Kutai yang sebelumnya menyandang gelar Aji saja.
- Aji: gelar bagi keturunan bangsawan Kutai. Gelar Aji hanya dapat diturunkan oleh pria bangsawan Kutai. Wanita Aji yang menikah dengan pria biasa tidak dapat menurunkan gelar Aji kepada anak-anaknya.
Jika pria Aji menikah dengan wanita dari
kalangan bangsawan Kutai sendiri atau dari kalangan rakyat biasa maupun
suku lain, maka putra-putrinya berhak menyandang gelar Aji. Namun jika
wanita Aji menikah dengan pria yang bukan keturunan bangsawan Kutai,
maka putra-putrinya tidak dapat memperoleh gelar Aji, kecuali jika
wanita Aji tersebut menikah dengan bangsawan keturunan Arab (Sayid).
Jika wanita Aji menikah dengan keturunan Arab (Sayid), maka putra-putrinya memperoleh gelar sebagai berikut:
- Aji Sayid: gelar ini diturunkan kepada putera dari wanita Aji yang menikah dengan pria keturunan Arab.
- Aji Syarifah: gelar ini diturunkan kepada puteri dari wanita Aji yang menikah dengan pria keturunan Arab.
Gelar Aji Sayid maupun Aji Syarifah tetap
setara dengan gelar Aji biasa. Artinya gelar ini tetap dibawah Aji
Bambang maupun Aji Raden
Makam Sultan Kutai
Wisata Sejarah – Makam Sultan Kutai – Tenggaraong – Kalimantan Timur
Setiap Hari Ulang Tahun Kota Tenggarong ,
para petinggi pemerintah daerah Tenggarong bersiarah ke Makam Sultan
Kutai XV dilanjutkan ke makam Sultan lainnya.
Sejarah:
Kota
Tengggarong dimulai ketika Sultan AM Muslihuddin memindahkan ibukota
Kesultanan Kutai dari Pemarangan ke Tepian Pandan pada tanggal 28
September 1782 silam. Oleh Sultan Kutai, nama Tepian Pandan kemudian
diubah menjadi Tangga Arung yang berarti Rumah Raja. Pada
perkembangannya, nama Tangga Arung lebih populer dengan sebutan
Tenggarong dan tetap bertahan hingga saat ini.
Tenggarong menjadi kota yang dapat memberikan harapan bagi penduduknya sebagai kawasan nyaman dihuni.
Sultan Kutai ke – 15 AM Muslihuddin, Sultan Kutai ke 16 AM Salehoeddin I, Sultan ke 17 AM Sulaiman dan Sultan ke 19 AM Parikesit.
Sultan Kutai ke – 15 AM Muslihuddin, Sultan Kutai ke 16 AM Salehoeddin I, Sultan ke 17 AM Sulaiman dan Sultan ke 19 AM Parikesit.
Museum Mulawarman
Wisata Sejarah – Museum Mulawarman – Kalimantan Timur
Museu Mulawarman, adalah istana dari
Kesultanan Kutai Kartanegara dibangun pada tahun 1963 sebagai pengganti
Istana sebelumnya yang terbakar. kini telah dibangun Balai Kedaton
sebagai tempat kediaman Sultan Salehuddin II yang telah dinobatkan
kembali pada tahun 2002. Di dalam lingkungan Istana kesultanan terdapat
pemakaman keluarga kerabat Kerajaan Kutai Kartanegara serta Masjid
Hasanuddin saksi masuknya Islam di Kutai.
Di dalam Museum Mulawarman tersimpan
benda-benda sejarah yang pernah digunakan oleh Kesultanan seperti
Singgasana, Tempat Peraduan, Pakaian Kebesaran, Tombak, Keris, Meriam,
Kalung dan Prasasti Yupa serta Koleksi Keramik Cina. Setiap bulan
September dilaksanakan Upacara Erau, yaitu tarian Khas Kedaton Upacara
Adat dan Mengulur Naga di Desa Kutai Lama. Dimana pada setiap
pelaksanaan Erau juga ditampilkan atraksi Seni Budaya baik berupa Tarian
Tradisional dan Upara Adat dari berbagai Suku lainnya di Indonesia
serta mancanegara.
Museum ini berada di Kecamatan
Tenggarong, Kutai Kartanegara, namun pengelolaannya oleh Provinsi
Kalimantan Timur. Museum Mulawarman terdiri dari dua lantai, lantai
basement terdapat koleksi keramik Cina. sedangkan lantai 1 berisi
koleksi peninggalan bercorak kesenian. Di belakang museum, pengunjung
bisa berbelanja cinderamata khas budaya Dayak, batu perhiasan, maupun
cendera mata lainnya.
Jarak tempuh museum Mulawarman dari Balikpapan berkisar 3 jam perjalanan darat, dari Samarinda berkisar 45 menit.
Pantai Manggar Segarasari
Wisata Alam – Pantai Manggar Segarasari – Balikpapan – Kalimantan Timur
Pantai
Manggar Segarasari , air laut jernih, riak gelombang kecil serta pasir
putih terbentang seluas 13000 m2, merupakan tempat yang nyaman bagi
mereka ingin bermain, berlayar maupun volley pantai.
Pantai Manggar Segarasari dibuka untuk
umum mulai pukul 06.00 – 18.00, dapat dicapai dengan kendaraan pribadi
maupun kendaraan umum
Lokasi Pantai Manggar Segarasari berada
di Kelurahan Manggar dan Teritip dengan jarak 9 km dari Bandara
Sepinggan atau 22 km dari pusat kota Balikpapan
Pulau Kumala
Wisata Alam – Pulau Kumala – Delta Sungai Mahakam
Pulau Kumala merupakan
daerah delta di Sungai Mahakam yang memanjang di sebelah Barat Kota
Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara. Dimulai pada tahun 2000, Pulau
Kumala dibangun menjadi kawasan wisata.
Taman Wisata Pulau Kumala berjarak sekitar 27 km dari Kota Samarinda yang dapat ditempuh melalui Jembatan Kutai Kartanegara dalam waktu kurang lebih 30 menit. Sedangkan dari kota Balikpapan yang memiliki fasilitas Bandara Sepinggan dan Pelabuhan Semayang yang merupakan akses transportasi udara dan laut di Kalimantan Timur, Berjarak sekitar 130 km yang dapat ditempuh kurang lebih 3 jam lewat jalan darat. Selain itu Taman Wisata Pulau Kumala dapat juga dicapai dengan transportasi air melewati Sungai Mahakam.
Obyek wisata Pulau Kumala yang terletak di tengah Sungai Mahakam merupakan taman rekreasi perpaduan antara teknologi modern dan budaya tradisional. Pulau seluas 76 hektar ini dulunya adalah lahan tidur dan semak belukar. Saat ini, sebagian area sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti sky tower setinggi 100 meter untuk menikmati keindahan dari udara, kereta api mini area permainan dan kereta gantung yang menghubungkan dengan daratan.
Di pulau ini terdapat DSJ Resort lengkap
dengan kolam renang dan sarana bagi mereka yang ingin istirahat, yaitu
satu-satunya cottage di tengah Sungai Mahakam di lokasi Pulau ini
dipersiapkan Aquarium Raksasa bagi ikan pesut, lumba-lumba air tawar
yang hanya ada di Republik Rakyat Cina dan Brasil. Taman Wisata Pulau Kumala berjarak sekitar 27 km dari Kota Samarinda yang dapat ditempuh melalui Jembatan Kutai Kartanegara dalam waktu kurang lebih 30 menit. Sedangkan dari kota Balikpapan yang memiliki fasilitas Bandara Sepinggan dan Pelabuhan Semayang yang merupakan akses transportasi udara dan laut di Kalimantan Timur, Berjarak sekitar 130 km yang dapat ditempuh kurang lebih 3 jam lewat jalan darat. Selain itu Taman Wisata Pulau Kumala dapat juga dicapai dengan transportasi air melewati Sungai Mahakam.
Obyek wisata Pulau Kumala yang terletak di tengah Sungai Mahakam merupakan taman rekreasi perpaduan antara teknologi modern dan budaya tradisional. Pulau seluas 76 hektar ini dulunya adalah lahan tidur dan semak belukar. Saat ini, sebagian area sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti sky tower setinggi 100 meter untuk menikmati keindahan dari udara, kereta api mini area permainan dan kereta gantung yang menghubungkan dengan daratan.
Sungai Mahakam
Sungai Mahakam , kawasan wisata alam ini tempat bersantai pada sore hari sambil menikmati jajanan , berperahu ditepian sungai Mahakam.
Sungai
Mahakam merupakan sungai terbesar yang membelah provinsi Kalimantan
(Borneo) Timur. Alur sungai ini, sebagian besar mengitari wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, dan Kota Samarinda.
Bagian hulu sungai ini melintasi Kabupaten Kutai Barat, sementara bagian
hilirnya melintasi Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda.
Sungai Mahakam bisa dikatakan menjadi jantung kehidupan bagi sebagian
besar masyarakat Kalimantan (Borneo) Timur.
Menikmati Sungai Mahakam
Di Samarinda, tepian Sungai Mahakam dimanfaatkan sebagai area publik yang menjadi tempat bersantai, khususnya pada sore hari. Pemerintah daerah setempat sudah menata sedemikian rupa, sehingga masyarakat tampak nyaman berada di tempat itu.
Menjelang sore hari, kita akan melihat puluhan pedagang membuka lapak-lapak makanan dan minuman, berikut tempat duduk untuk bersantai. Persewaan mainan pun tersedia bagi mereka yang ingin memanjakan anak-anaknya. Makanan yang dijajakan, sebenarnya tak terlalu banyak, seperti bakso, mie ayam, nasi goreng, mie goreng, dan jagung bakar. Tapi, suasana menjadi salah satu hal yang dijual di kawasan itu.
Menjelang matahari terbenam, kawasan tepian Mahakam akan semakin ramai dikunjungi. Sebab, menikmati senja di tepian menjadi daya tarik tersendiri. Bagi yang ingin menikmati suasana lain, beberapa rumah makan yang terletak di kawasan perbukitan juga menawarkan keeksotisan sebuah sungai yang bisa dinikmati dari ketinggian.
Di kawasan tepian kota ini, kita juga bisa menemukan sentra penjualan amplang dan oleh-oleh khas Kalimantan (Borneo) Timur, juga puluhan penjual telur penyu. Telur penyu, konon berkhasiat mengobati berbagai jenis penyakit.
Di Kota Tenggarong, Sungai Mahakam juga bisa dinikmati dari sebuah pulau yang berada ditengah sungai yang melintasi kota tersebut. Pulau itu adalah Pulau Kumala, yang telah dikelola menjadi sebuah taman wisata. Beragam wahana bisa dinikmati dengan tiket masuk yang sangat terjangkau.
Di Samarinda, tepian Sungai Mahakam dimanfaatkan sebagai area publik yang menjadi tempat bersantai, khususnya pada sore hari. Pemerintah daerah setempat sudah menata sedemikian rupa, sehingga masyarakat tampak nyaman berada di tempat itu.
Menjelang sore hari, kita akan melihat puluhan pedagang membuka lapak-lapak makanan dan minuman, berikut tempat duduk untuk bersantai. Persewaan mainan pun tersedia bagi mereka yang ingin memanjakan anak-anaknya. Makanan yang dijajakan, sebenarnya tak terlalu banyak, seperti bakso, mie ayam, nasi goreng, mie goreng, dan jagung bakar. Tapi, suasana menjadi salah satu hal yang dijual di kawasan itu.
Menjelang matahari terbenam, kawasan tepian Mahakam akan semakin ramai dikunjungi. Sebab, menikmati senja di tepian menjadi daya tarik tersendiri. Bagi yang ingin menikmati suasana lain, beberapa rumah makan yang terletak di kawasan perbukitan juga menawarkan keeksotisan sebuah sungai yang bisa dinikmati dari ketinggian.
Di kawasan tepian kota ini, kita juga bisa menemukan sentra penjualan amplang dan oleh-oleh khas Kalimantan (Borneo) Timur, juga puluhan penjual telur penyu. Telur penyu, konon berkhasiat mengobati berbagai jenis penyakit.
Di Kota Tenggarong, Sungai Mahakam juga bisa dinikmati dari sebuah pulau yang berada ditengah sungai yang melintasi kota tersebut. Pulau itu adalah Pulau Kumala, yang telah dikelola menjadi sebuah taman wisata. Beragam wahana bisa dinikmati dengan tiket masuk yang sangat terjangkau.
Sungai Mahakam sebagai Jantung Transportasi
Beberapa wilayah di Kalimantan (Borneo) Timur hanya dapat dilalui dengan menggunakan transportasi sungai. Bahkan, transportasi sungai masih menjadi andalan bagi pengangkutan barang di Kalimantan (Borneo) Timur. Panjang sungai ini mencapai 920 km. Beberapa anak sungai yang bermuara di Sungai Mahakam diantaranya Sungai Tenggarong, Sungai Belayan dan Sungai Lawa.
Beberapa wilayah di Kalimantan (Borneo) Timur hanya dapat dilalui dengan menggunakan transportasi sungai. Bahkan, transportasi sungai masih menjadi andalan bagi pengangkutan barang di Kalimantan (Borneo) Timur. Panjang sungai ini mencapai 920 km. Beberapa anak sungai yang bermuara di Sungai Mahakam diantaranya Sungai Tenggarong, Sungai Belayan dan Sungai Lawa.
Menyusuri tepian Sungai Mahakam,
kita akan menemukan berbagai aktivitas sosial masyarakat yang
wilayahnya dilintasi sungai tersebut. Aktivitas tersebut misalnya
pemanfaatan sungai sebagai sarana transportasi untuk angkutan penumpang
dan barang, serta hasil bumi yang diperdagangkan antar pulau dan
diekspor ke berbagai negara, aktivitas nelayan pencari ikan dan kegiatan
jual beli ikan hasil tangkapan.
Sebagian besar daerah hulu Sungai Mahakam
hanya dapat dijangkau dengan menggunakan ketinting atau perahu motor,
juga taksi air (kapal) jarak jauh. Pelabuhan Mahakam Hulu, menjadi titik
keberangkatan kapal motor jarak jauh menuju sejumlah daerah diantaranya
Melak, Long Iram, Long Bagun yang jarak tempuhnya antara satu hingga
dua hari.Taman Argowisata Batuah
Taman Argowisata Batuah - Kutai Kartanegara – Kalimantan Timur
Dalam Taman Argowisata Batuah terdapat
berbagai macam jenis anggrek diantaranya adalah Anggrek Alam,
Dandrobium, Anggrek Vanda, Anggrek Bulan, dan tanaman hias lainnya.
Kaktus dan merupakan salah satu objek yang dapat dikunjungi. Terdapat 10
rumah kaktus yang berjejer rapi dan berwarna-warni.
Di Taman Argowisata Batuah terdapat kolam
pemancingan ,salah satu andalan dari Agrowisata Batuah. Terdapat 3 buah
kolam yang berada di lekukan perbukitan yang dapat menampung kurang
lebih 100 orang pemancing.
Fasilitas lainnya adalah Jogging Ttack dan Camping Ground.
Dengan lokasi yang terhampar luas serta berada pada dataran tinggi di
tengah-tengah kebun buah-buahan sehingga setiap pengunjung dapat
menikmati suasana alam yang indah dengan angin sepoi-sepoi dan adanya
aroma keharuman bunga yang menyegarkan.
Aneka buah-buahan yang terdapat di Taman
Argowisata Batuah, diantaranya adalah jenis-jenis Rambutan seperti
Binjai, Lebak Bulus, Rapiah, Antalagi, Durian, Nanas, Salak Pondoh,
Jambu
Fasilatas yang terdapat di Taman
Argowisata Batuah adalah Cafe, Fergola denga payung bunga, saung tempat
istirahat, toilet dan Villa dengan gaya rumah panggung yang disewakan
bagi pengunjung yang ingin bermalam
Terletak di KM.24 Loa Janan yang
merupakan jalan utama antara Samarinda dan Balikpapan. memiliki luas 35
ha dengan konsep pertanian, alam dan wisata dan berada diantara
pertanian rakyat desa Batuah.
Taman Agrowisata Batuah ini dikelola oleh
Dinas Pertanian Tanaman Propinsi Kalimantan Timur akan tetapi lokasi
dan areanya berada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Lama tempuh dari
Balikpapan ke Taman Agro adalah sekitar 1 jam 30 menit, sedangkan jarak
tempuh dari Tenggarong ke Taman Agro adalah sekitar 45 menit.Taman Nasional Kayan Mentarang
Taman Nasional Kayan Mentarang , kawasan wisata alam meliputi Pantai Pulau Datok dan Bukit Lubang Tedong, Gunung Palung , Gunung Panti ,Cabang Panti, Kampung Baru, Sungai Matan dan Sungai Simpang, dengan
luasnya 1.360.500 hektar, merupakan suatu kesatuan kawasan hutan primer
dan hutan sekunder tua yang terbesar dan masih tersisa di Kalimantan
dan seluruh Asia Tenggara.
Taman
Nasional Kayan Mantarang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa bernilai tinggi baik jenis langka maupun dilindungi,
keanekaragaman tipe ekosistem dari hutan hujan dataran rendah sampai
hutan berlumut di pegunungan tinggi. Keanekaragaman hayati yang
terkandung di Taman Nasional Kayan Mentarang memang sangat mengagumkan.
Pengamatan tumbuhan pulai , jelutung ,
ramin , Agathis , kayu ulin , rengas , gaharu , aren , berbagai jenis
anggrek, palem, dan kantong semar. Selain itu, ada beberapa jenis
tumbuhan yang belum semuanya dapat diidentifikasi karena merupakan jenis
tumbuhan baru di Indonesia. serta mamalia endemik, primata (Beberapa
jenis mamalia langka seperti macan dahan, beruang madu, lutung dahi
putih , banteng) dan beberapa jenis burung terancam punah.
Sungai-sungai
yang adadiTamanNasionalKayanMantarang seperti S. Bahau, S. Kayan
dan S. Mentarang digunakan sebagai transportasimenujukawasan.Selama
dalam perjalanan, selain dapat melihat berbagai jenis satwa yang ada disekitar sungai,jugadapatmelihat kelincahan longboat dalam melewati
jeram, ataupun melawan arus yang cukupderas.
Keberadaan sekitar 20.000-25.000 orang
dari berbagai kelompok etnis Dayak yang bermukim di sekitar kawasan
Taman Nasional Kayan Mantarang seperti Kenyah, Punan, Lun Daye, dan Lun
Bawang, ternyata memiliki pengetahuan kearifan budaya sesuai dengan
prinsip konservasi. Hal ini merupakan salah satu keunikan tersendiri di
Taman Nasional Kayan Mentarang. Keunikan tersebut terlihat dari
kemampuan masyarakat melestarikan keanekaragaman hayati di dalam
kehidupannya. Sebagai contoh berbagai varietas dan jenis padi
terpelihara dan terkoleksi dengan cukup baik untuk menunjang kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Banyak peninggalan arkeologi berupa
kuburan dan alat-alat dari batu yang terdapat di taman nasional (umurnya
lebih 350 tahun), dan diperkirakan merupakan situs arkeologi yang
sangat penting di Kalimantan.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Pantai Pulau Datok dan Bukit Lubang Tedong. Wisata bahari dan berenang
Gunung Palung (1.116 m. dpl) dan Gunung Panti (1.050 m. dpl). Pendakian, air terjun, pengamatan tumbuhan/satwa dan berkemah.
Cabang Panti. Pusat penelitian dengan fasilitas stasiun penelitian, wisma peneliti dan perpustakaan.
Kampung Baru. Pengamatan satwa bekantan.
Sungai Matan dan Sungai Simpang. Menyelusuri sungai, pengamatan satwa dan wisata budaya (situs purbakala).
Pantai Pulau Datok dan Bukit Lubang Tedong. Wisata bahari dan berenang
Gunung Palung (1.116 m. dpl) dan Gunung Panti (1.050 m. dpl). Pendakian, air terjun, pengamatan tumbuhan/satwa dan berkemah.
Cabang Panti. Pusat penelitian dengan fasilitas stasiun penelitian, wisma peneliti dan perpustakaan.
Kampung Baru. Pengamatan satwa bekantan.
Sungai Matan dan Sungai Simpang. Menyelusuri sungai, pengamatan satwa dan wisata budaya (situs purbakala).
Keanekaragaman hayati bernilai tinggi dan
masih alami, merupakan tantangan bagi para peneliti untuk mengungkapkan
dan mengembangkan pemanfaatannya. Disamping itu keindahan alam hutan,
sungai, tebing, kebudayaan suku Dayak merupakan daya tarik yang sangat
menantang bagi para petualang dan wisatawan.
Kunjungan terbaik: bulan September s/d Desember setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi :Cara pencapaian lokasi: Dari Samarinda ke Tarakan (plane) sekitar satu jam, dilanjutkan menggunakan speed boat/klotok menyusuri sungai Mentarang ke lokasi dengan waktu enam jam sampai satu hari.[dephut.go.id]
Cara pencapaian lokasi :Cara pencapaian lokasi: Dari Samarinda ke Tarakan (plane) sekitar satu jam, dilanjutkan menggunakan speed boat/klotok menyusuri sungai Mentarang ke lokasi dengan waktu enam jam sampai satu hari.[dephut.go.id]
Taman Nasional Kayan Mentarang
(TNKM) termasuk Cagar Alam , TNKM memiliki kawasan hutan primer dan
skunder tua terbesar yang masih tersisa di Pulau Borneo dan kawasan Asia
Tenggara.
Nama Kayan Mentarang diambil dari dua nama sungai penting yang ada di kawasan taman nasional, yaitu Sungai Kayan di sebelah selatan dan Sungai Mentarang di sebelah utara ada juga mengatakan nama ini diambil dari nama dataran tinggi / plato di pegunungan setempat yang bernama Apau Kayan yang membentang luas (mentarang) dari daerah Datadian / Long Kayan di selatan melewati Apau Ping di tengah dan Long Bawan di utara.
Hamparan hutan ini membentang di bagian utara Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di wilayah Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan, berbatasan langsung dengan Sabah dan Sarawak, Malaysia. Sebagian besar kawasan masuk dalam Kabupaten Malinau dan sebagian lagi masuk dalam Kabupaten Nunukan. Potensi wisata di Taman Nasional Kayan Mentarang ialah Hulu Pujungan, Hulu Krayan dan Hulu Kayan/Datadian.
Nama Kayan Mentarang diambil dari dua nama sungai penting yang ada di kawasan taman nasional, yaitu Sungai Kayan di sebelah selatan dan Sungai Mentarang di sebelah utara ada juga mengatakan nama ini diambil dari nama dataran tinggi / plato di pegunungan setempat yang bernama Apau Kayan yang membentang luas (mentarang) dari daerah Datadian / Long Kayan di selatan melewati Apau Ping di tengah dan Long Bawan di utara.
Hamparan hutan ini membentang di bagian utara Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di wilayah Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan, berbatasan langsung dengan Sabah dan Sarawak, Malaysia. Sebagian besar kawasan masuk dalam Kabupaten Malinau dan sebagian lagi masuk dalam Kabupaten Nunukan. Potensi wisata di Taman Nasional Kayan Mentarang ialah Hulu Pujungan, Hulu Krayan dan Hulu Kayan/Datadian.
Kawasan TNKM terletak pada ketinggian
antara 200 meter sampai sekitar ±2.500 m di atas permukaan laut,
mencakup lembah-lembah dataran rendah, dataran tinggi pegunungan, serta
gugus pegunungan terjal yang terbentuk dari berbagai formasi sedimen dan
vulkanis.
Tipe-tipe utama adalah hutan Dipterokarp,
hutan Fagaceae-Myrtaceae atau hutan Ek, hutan pegunungan tingkat tengah
dan tinggi (di atas 1.000 m di atas permukaan laut), hutan agathis,
hutan kerangas, hutan rawa yang terbatas luasnya, serta suatu tipe
khusus “hutan lumut” dipuncak-puncak gunung diatas ketinggian 1.500 m di
atas permukaan laut. Selain itu, terdapat pula berbagai jenis hutan
sekunder. Hutan di wilayah sepanjang sungai Bahau adalah hutan
perbukitan dengan tebing-tebing terjal yang sangat sulit untuk didaki
dari tepi sungai. Hutan di wilayah ini memiliki banyak sekali air terjun
dari berbagai ukuran, alur aliran air terjun yang berukuran kecil
mempunyai tepi sungai yang cukup landai dan dipergunakan oleh masyarakat
sekitar untuk memasuki hutan di kawasan ini. Pujungan juga dikenal
sebagai daerah di mana matahari tidak pernah terbit dan tidak pernah
tenggelam sebab sering tertutup oleh kabut atau awan. Walaupun demikian,
pendarnya sinar matahari dari balik kabut atau awan tersebut mampu
membuat kulit kita memerah terbakar tanpa merasakan teriknya panas
matahari karena cukup dinginnya suhu di daerah ini. Dapat dibayangkan
dinginnya suhu di daerah Apau Ping di hulu Pujungan.
Bukan seperti pada umumnya sungai yang
berasal dari 1 mata air di daerah hulu pegunungan yang kemudian mengalir
bercabang-cabang ke hilir hingga menuju ke muara, sungai-sungai di
taman nasional Kayan Mentarang berasal dari banyak mata air di banyak
hulu daerah pegunungan dan mengalir menjadi 1 sungai yang besar menuju
ke hilir hingga ke muara. Pada wilayah selatan taman nasional terdapat
sungai Kayan yang bermuara setelah membelah kecamatan Tanjung Selor dan
Tanjung Palas, berasal dari belasan mata air di hulu Kayan dan hulu
Pujungan. Simpang Koala adalah area pertemuan antara sungai Bahau dan
sungai Kayan adalah batas wilayah kabupaten Bulungan dan kabupaten
Malinau. Arus sungai Kayan di daerah Tanjung Selor sangat tenang dan
mulai bergejolak saat memasuki wilayah Long Lejau. Arus sungai Bahau
sangat bervariasi dari ketenangan yang tidak berarus hingga gejolak
arung jeram. Masyarakat Dayak hulu Pujungan memberi sebutan sungai Bahau
sebagai sei giram yang berarti sungai berbatu yang berarus deras. Dan
masyarakat di daerah ini adalah pengemudi-pengemudi perahu yang ulung
dan kompak. Sungai Bahau pada daerah Long Aran mempunyai ketinggian air
paling rendah dan sering menyebabkan para pengemudi perahu serta
kepolisian setempat bahu-membahu menarik perahu kandas yang mempunyai
panjang bisa mencapai hingga 20 meter itu beramai-ramai. Profil bebatuan
di kedua sungai ini juga berbeda, profil bebatuan yang dijumpai pada
sungai Kayan mulai daerah Tanjung Selor hingga Simpang Koala, dan profil
bebatuan di sungai Bahau yang ditemui sejak area Simpang Koala hingga
hulu Pujungan
Flora dan Fauna
Beberapa tumbuhan yang ada antara lain pulai (Alstonia scholaris), jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), Agathis (Agathis borneensis), kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), rengas (Gluta wallichii), gaharu (Aquilaria malacensis), aren (Arenga pinnata),
berbagai jenis anggrek, palem, dan kantong semar. Selain itu, ada
beberapa jenis tumbuhan yang belum semuanya dapat diidentifikasi karena
merupakan jenis tumbuhan baru di Indonesia.
Terdapat sekitar 100 jenis mamalia (15 jenis diantaranya endemik), 8 jenis primata dan lebih dari 310 jenis burung dengan 28 jenis diantaranya endemik Kalimantan serta telah didaftarkan oleh ICBP (International Committee for Bird Protection) sebagai jenis terancam punah.
Beberapa jenis mamalia langka seperti macan dahan (Neofelis nebulosa), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), lutung dahi putih (Presbytis frontata frontata), dan banteng (Bos javanicus lowi
Terdapat sekitar 100 jenis mamalia (15 jenis diantaranya endemik), 8 jenis primata dan lebih dari 310 jenis burung dengan 28 jenis diantaranya endemik Kalimantan serta telah didaftarkan oleh ICBP (International Committee for Bird Protection) sebagai jenis terancam punah.
Beberapa jenis mamalia langka seperti macan dahan (Neofelis nebulosa), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), lutung dahi putih (Presbytis frontata frontata), dan banteng (Bos javanicus lowi
Jenis flora yang dilaporkan ada dalam
kawasan ini di antaranya termasuk ratusan jenis anggrek dan sedikitnya
25 jenis rotan. Selain itu juga telah berhasil diinventaris ratusan
jenis burung termasuk jenis baru untuk Kalimantan dan Indonesia, jenis
endemik dan jenis yang hampir punah. Beberapa jenis yang menarik
diantaranya adalah jenis Enggang, Kuau Raja, Sepindan Kalimantan dan
jenis-jenis Raja Udang.
TNKM juga merupakan habitat bagi banyak jenis satwa dilindungi seperti banteng (Bos javanicus), beruang madu (Helarctos malayanus), trenggiling (Manis javanica), macan dahan (Neofelis nebulosa), landak (Hystrix brachyura), dan rusa sambar (Cervus unicolor). Pada musim-musim tertentu di padang rumput di hulu Sungai Bahau, berkumpul kawanan banteng yang muncul dari kawasan hutan disekitarnya dan menjadi sebuah pemandangan yang menarik untuk disaksikan.
TNKM juga merupakan habitat bagi banyak jenis satwa dilindungi seperti banteng (Bos javanicus), beruang madu (Helarctos malayanus), trenggiling (Manis javanica), macan dahan (Neofelis nebulosa), landak (Hystrix brachyura), dan rusa sambar (Cervus unicolor). Pada musim-musim tertentu di padang rumput di hulu Sungai Bahau, berkumpul kawanan banteng yang muncul dari kawasan hutan disekitarnya dan menjadi sebuah pemandangan yang menarik untuk disaksikan.
Budaya
Di dalam dan di sekitar TNKM ditemukan beraneka ragam budaya yang merupakan warisan budaya yang bernilai tinggi untuk dilestarikan. Sekitar 21.000 orang dari bermacam etnik dan sub kelompok bahasa, yang dikenal sebagai suku Dayak, bermukim didalam dan disekitar taman nasional. Komunitas Dayak, seperti suku Kenyah, Kayan, Lundayeh, Tagel, Saben dan Punan, Badeng, Bakung, Makulit, Makasan mendiami sekitar 50 desa yang ada didalam kawasan TNKM.
Di dalam dan di sekitar TNKM ditemukan beraneka ragam budaya yang merupakan warisan budaya yang bernilai tinggi untuk dilestarikan. Sekitar 21.000 orang dari bermacam etnik dan sub kelompok bahasa, yang dikenal sebagai suku Dayak, bermukim didalam dan disekitar taman nasional. Komunitas Dayak, seperti suku Kenyah, Kayan, Lundayeh, Tagel, Saben dan Punan, Badeng, Bakung, Makulit, Makasan mendiami sekitar 50 desa yang ada didalam kawasan TNKM.
Ditemukannya kuburan batu di hulu Sungai
Bahau dan hulu Sungai Pujungan, yang merupakan peninggalan suku Ngorek,
mengindikasikan bahwa paling tidak sejak kurang lebih 400 tahun yang
lalu masyarakat Dayak sudah menghuni kawasan ini. Peninggalan arkeologi
yang paling padat ini diperkirakan sebagai peninggalan yang paling
penting untuk pulau Borneo.
Masyarakat di dalam kawasan taman
nasional masih sangat bergantung pada pemanfaatan hutan sebagai sumber
penghidupan, seperti kayu, tumbuhan obat, dan binatang buruan. Mereka
juga menjual tumbuhan dan binatang hasil hutan, karena hanya ada sedikit
peluang untuk mendapatkan uang tunai. Pada dasarnya masyarakat
mengelola sumber daya alam secara tradisional dengan mendasarkan pada
variasi jenis. Sebagai contoh banyak varietas padi ditanam, beberapa
jenis kayu digunakan untuk bahan bangunan, banyak jenis tumbuhan
digunakan untuk obat, dan berbagai jenis satwa buruan.
Taman Nasional Kutai
Taman Nasional Kutai
, kawasan wisata alam ini letaknya dipinggran teluk Kaba, dengan waktu
tempuh Balikpapan – Samarinda sekitar 2,5 jam dengan kendaraan darat
roda empat, kemudian dilanjutkan ke Bontang sekitar tiga jam. Bontang-
ke Teluk Kaba dengan menggunakan speed boat sekitar 30 menit. Selain itu
antara Bontang-Sanggata terdapat jalan raya membelah taman nasional
Kutai.
Berkunujung ke Taman Nasional Kutai sebaiknya bulan April s/d Oktober setiap tahunnya.
Lokasi/obyek yang menarik dikunjungi pada Taman Nasional Kutai:
Lokasi/obyek yang menarik dikunjungi pada Taman Nasional Kutai:
Teluk Kaba dan Muara Sangkimah. Wisata bahari dan pengamatan satwa seperti orangutan, bekantan, rusa sambar, kancil, beruang madu dan burung.
Teluk Lombok dan Muara Sungai Sangata. Wisata bahari dan pengamatan hutan bakau yang masih utuh.
Prevab Mentoko. Penelitian dan pengamatan satwa seperti beruang madu, orangutan, kancil, rusa sambar, dan babi hutan.
Goa Lobang Angin. Wisata goa.
Atraksi budaya di luar taman nasional: Festival Erau pada bulan September di Tenggarong.
Taman Nasional Kutai memiliki berbagai
tipe vegetasi utama yaitu vegetasi hutan pantai/mangrove, hutan rawa air
tawar, hutan kerangas, hutan genangan dataran rendah, hutan
ulin/meranti/kapur dan hutan Dipterocarpaceae campuran. Taman nasional
ini merupakan perwakilan hutan ulin yang paling luas di Indonesia.Teluk Lombok dan Muara Sungai Sangata. Wisata bahari dan pengamatan hutan bakau yang masih utuh.
Prevab Mentoko. Penelitian dan pengamatan satwa seperti beruang madu, orangutan, kancil, rusa sambar, dan babi hutan.
Goa Lobang Angin. Wisata goa.
Atraksi budaya di luar taman nasional: Festival Erau pada bulan September di Tenggarong.
Taman nasional ini merupakan lokasi taman nasional ketiga sebagai pusat rehabilitasi orangutan yang berlokasi di Teluk Kaba.
Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia sp.), meranti (Shorea sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur (Dryobalanops sp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai jenis anggrek.
Pohon ulin yang terdapat di Sangkimah memiliki tinggi bebas cabang 45 m, diameter 225 cm atau keliling batang 706 cm dan volumenya 150 m3. Pohon ini tercatat sebagai pohon tertinggi dan terbesar di Indonesia.
Disamping memiliki potensi keanekaragaman tumbuhan, taman nasional ini juga memiliki potensi keanekaragaman satwa yang tinggi, yaitu dari kelompok primata seperti orangutan (Pongo satyrus), owa kalimantan (Hylobates muelleri), bekantan (Nasalis larvatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis fascicularis), beruk (M. nemestrina nemestrina), dan kukang (Nyticebus coucang borneanus). Kelompok ini dapat dijumpai di Teluk Kaba, Prevab-Mentoko dan Sangkimah. Kelompok ungulata seperti banteng (Bos javanicus lowi), rusa sambar (Cervus unicolor brookei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), dan kancil (Tragulus javanicus klossi). Kelompok ini dapat dijumpai di seluruh kawasan Taman Nasional Kutai. Kelompok carnivora seperti beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus) bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), pergam raja/hijau (Ducula aenea), ayam hutan (Gallus sp.), beo/tiong emas (Gracula religiosa), dan pecuk ular asia (Anhinga melanogaster melanogaster).
Taman Pedestrian
Taman Pedestrian – Wisata Kota – Tenggarong – Kalimantan Timur
Suasana
kota Tenggarong khususnya pada sore hari sangat ramai apalagi pada
bulan ramadhan saat ini, terutama pada satu titik tempat yakni taman
pedestrian yang berada di bawah jembatan Kutai Kartanegara.
Keberadaan jembatan Kutai Kartanegara
sebagai jalur penghubung lalu lintas antar kecamatan dan daerah lain di
sekitarnya sudah terbukti banyak manfaatnya. Selain manfaat utamanya,
jembatan yang menjadi kebanggan warga Kukar ini juga memiliki potensi
wisata dan keindahan gemerlap lampunya pada malam hari.
Taman pedestrian yang dibangun di bawah
jembatan menjadi tempat untuk bersantai, hal ini terlihat dari banyaknya
warga yang berkumpul. beberapa pasangan muda-mudi duduk santai di
pinggir sambil bercengkrama dengan pasangannya sambil menunggu bedug
magrib untuk buka puasa.
Tidak
hanya kalangan muda saja, taman ini juga sebagai tempat bersantai untuk
keluarga. Pada hari-hari tertentu taman ini juga digunakan untuk
kegiatan atau even-even penting lainnya, misalnya untuk panggung hiburan
rakyat dan beberapa acara parade band yang sering digelar.
Keberadaan taman yang lokasinya sangat
strategis selalu dikunjungi dan dipadati oleh warga ini juga mempunyai
dampak tersendiri, ini terbukti dengan banyaknya para penjual makanan
dan minuman. sehingga secara tidak langsung berberadaan taman
pedestarian ini turut meningkatan ekonomi rakyat sekaligus mengurangi
dampak dari pengangguran di KukarTaman pedestrian yang tak pernah sepi,
selaku ramai sebagi tempat santai bersama keluarga menikmati suasana
kota Tenggarong sore hari.Waduk Panji Sukarame
Waduk Panji Sukarame – Tenggarong – Kutai Kartanegara – Kalimantan Timur, adalah waduk yang juga
Dijadikan tempat
rekreasi yang terletak di Kelurahan Panji Sukarame dan merupakan taman
rekreasi yang sangat bagus untuk dinikmati dengan adanya pemandangan
alam dan air waduk yang tenang. Luas lahan adalah ± 32 ha. Di sekeliling
waduk banyak terdapat pondok-pondok untuk tempat beristirahat bagi para
pengunjung. Di area waduk ada kafe atau warung untuk tempat makan dan
minum serta panggung untuk tempat pertunjukan musik.
Sukarame adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur
Museum Kayu Tuah Himba, terletak
tidak jauh dari Kawasan Waduk Panji Sukarame yaitu berjarak sekitar 600
meter dari Waduk. Dibangun dengan bangunan kayu panggung yang berukuran
20 x 20 M². Yang melatar belakangi dibukanya objek wisata ini adalah
karena adanya buaya yang telah diawetkan dalam Museum Kayu tersebut.
Di dalam Museum Kayu ini terdapat beragam jenis kayu-kayu yang ada di Pulau Kalimantan.
Di dalam Museum Kayu ini terdapat beragam jenis kayu-kayu yang ada di Pulau Kalimantan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar